RADAR JOGJA – Salah seorang asisten peneliti Elly Ismail menuturkan, baterai nuklir yang dibuat telah dikonversi secara tidak langsung. Karena keluarannya kecil, digabungkan dengan sel surya agar menghasilkan output yang lebih besar.
Pengembangan baterai bermula dari ide untuk mencari sumber tenaga yang kecil namun tahan lama. “Kalau baterai litium setahun dua tahun sudah habis, kalau baterai nuklir bisa sampai 40 tahun,” ungkap Elly.
Dengan penelitian lebih lanjut, baterai nuklir dapat dikembangkan untuk menghasilkan output yang lebih besar dan memiliki ukuran yang lebih kecil. Karena baterai berukuran mikro dapat dimanfaatkan secara lebih luas.
Sementara itu, Dekan Fakultas Teknik Nizam mengungkapkan, pihak fakultas mendorong para peneliti untuk dapat menghilirkan hasil-hasil riset agar tidak sekadar menjadi makalah, namun juga menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Oleh karena itu, diperlukan dukungan berbagai pihak, termasuk dari pemerintah maupun masyarakat untuk mewujudkan pemanfaatan energi nuklir di Indonesia.
“Dari sisi teknologi kita sudah menguasai, jadi tidak perlu bergantung kepada impor. Teman-teman juga sudah bisa mewujudkan bagaimana limbahnya nanti bisa dimanfaatkan menjadi baterai,” ujar Nizam. (eno/laz)