RADAR JOGJA – Menjamurnya jumlah kendaraan di DIY berakibat pada meningkatnya kepadatan lalu lintas. Hal ini juga berpotensi meningkatkan angka kecelakaan lalu lintas. Apalagi jika kesadaran masyarakat dalam hal keselamatan berkendara masih rendah.
Berdasar data Korlantas Polri, secara nasional ada 80 hingga 90 orang yang meninggal setiap harinya karena kecelakaan lalu lintas. Angka tersebut tergolong masih tinggi.
Dirkamsel Korlantas Polri Brigjen Pol Chrishnanda Dwilaksana menjelaskan, setidaknya setiap satu jam ada tiga orang yang meninggal akibat kecelakaan. Namun, dimungkinkan angka tersebut bisa bertambah.
“Karena ada yang tercatat ada yang tidak,” ujar jenderal bintang satu itu saat menjadi pembicara dalam seminar di UGM dengan tema “Mewujudkan Kamseltibcarlantas untuk Kemanusiaan”, Rabu (27/11).
Chrishnanda juga menyoroti banyaknya orang tua yang memberikan kendaraan untuk anaknya. Padahal anak yang diberikan kendaraan itu belum cukup umur. Dia meminta agar orang tua peduli terhadap keselamatan anak. “Anak masih SD diberikan motor, iki sik kenthir sapa?” sindirnya.
Dia meminta bukan hanya kepada orang tua tetapi juga masyarakat agar tidak menyepelekan hal tersebut. Menurutnya, masyarakat juga harus peka dan dapat menunjukkan perilaku tertib berlalu lintas. Hal ini juga untuk mengurangi angka kecelakaan yang menyebabkan fatalitas.
Kapolda DIY Irjen Pol Ahmad Dofiri dalam sambutannya mengungkapkan, hingga triwulan III pada 2019 ini di wilayah DIY tercatat ada 1.520 kasus kecelakaan. Dari kecelakaan tersebut menyebabkan 104 orang kehilangan nyawa dan 1.898 orang mengalami luka ringan hingga berat.
“Korban kecelakaan ini didominasi usia produktif yakni 16-30 tahun,” katanya.
Jenderal bintang dua ini menjelaskan di Yogyakarta yang terkenal sebagai Kota Pelajar terdapat sekitar 370 ribu mahasiswa. Hal itu menurutnya berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hanya saja di sisi lain, berakibat pada meningkatnya kemacetan lalu lintas.
Hal itu disebabkan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan roda dua yang terjadi. Setiap tahun pertumbuhan kendaraan di Yogyakarta mencapai dua persen. Oleh karenanya diperlukan peningkatan infrastruktur berupa jalan yang lebih baik.
Kapolda juga menjelaskan untuk mengatasi kemacetan, tidak menutup kemungkinan diberlakukan pembatasan jumlah kendaraan. Hanya saja perlu koordinasi dengan pemprov untuk merumuskan kebijakan.
Kemacetan yang terjadi, lanjutnya, bukan hanya diakibatkan oleh pertumbuhan kendaraan. Menurutnya sebagai destinasi wisata, banyak wisatawan yang menyerbu Jogja.
Namun, banyaknya wisatawan itu tidak diimbangi dengan pertumbuhan kantong-kantong parkir yang memadai. Oleh karenanya, banyak bus yang parkir dan menyebabkan kemacetan.
Kendati demikian, Kapolda menekankan perlunya kolaborasi semua pihak untuk mencegah dan menekan angka kecelakaan sampai pada zero accident. “Mari budayakan tertib lalu lintas,” pesannya.
Sementara itu, Ditlantas Polda DIY Kombes Pol Julianto Djatiutomo mengatakan pelanggaran lalu lintas didominasi oleh kendaraan roda dua. Rata-rata pengendara roda dua melakukan pelanggaran kasat mata. “Seperti tidak menggunakan helm dan melawan arus,” bebernya.
Djatiutomo berharap dengan adanya seminar ini diharapkan mahasiswa dan kalangan terpelajar dapat membantu untuk mengampanyekan keselamatan berlalu lintas. Seminar ini, kata dia, juga merupakan salah satu program kepolisian yakni Kampus Pelopor Keselamatan (KPK). (har/pra)