RADAR JOGJA – Kota Jogja terus mewujudkan kota ideal bagi pejalan kaki. Setelah kawasan Suroto Kotabaru, menyusul kemudian kawasan jalan Sudirman.
Konsep ini seakan melengkapi integrasi kawasan pedestrian. Meliputi Suroto, Sudirman, Margo Utomo hingga Malioboro.
Wali Kota Jogja Haryadi Suyuti memastikan kawasan Sudirman efektif 2020. Saat ini jajarannya masih melakukan penataan sarana dan prasarana. Terbaru adalah penataan kabel lintas atas. Seluruhnya akan dipindahkan ke bawah atau tanam.
“Kalau luas dari perempatan Gramedia sampai pertigaan Wisma Hartono itu ada sekitar lima ribu meter persegi. Detailnya lebar jalan bersama taman lima meter. Kalau trase jalan tiga meter. Sangat ideal untuk pejalan kaki,” jelasnya saat meninjau proyek Sudirman, Senin (9/12).
Konsep pedestrian memfasilitasi seluruh elemen masyarakat. HS, sapaannya, turut merancang fasilitas pejalan kaki bagi disabilitas. Konsep inilah yang terlihat dari sejumlah kawasan pedestrian sebelumnya. Berupa guiding block yang terpasang di sisi tengah trotoar.
Adapula tonggak penghalang yang terpasang di sepanjang akses masuk pedestrian. Tujuannya agar kawasan trotoar tidak menjadi lahan parkir dan gerobak PKL. Tidak sekadar tonggak, unsur estetik terpancar. Berupa aksara Jawa yang terbaca Jogja.
“Besok ini full untuk pejalan kaki, tidak boleh ada yang jualan di trotoar atau jadi lahan parkir. Nah kalau untuk teman-teman disabiltas sudah ada jalurnya. Berbeda dengan Malioboro dan Suroto yang pakai alumunium, disini besok pakai granit,” ujarnya.
Beragam fasilitas siap menyambut akses pedestrian ini. Selain akses internet wifi adapula stasiun pengisian daya listrik gawai. Layaknya sebuah taman juga tersedia sejumlah bangku. Seluruhnya tersaji di sepanjang ruas jalan Sudirman baik sisi selatan maupun utara.
HS menargetkan pedestrian Sudirman rampung 22 Desember. Seiring dengan target juga perkenalan kepada publik. Terlebih dalam rentang waktu tersebut dengan masa pergantian tahun. Jangka panjang Sudirman akan menjadi alternatif pusat keramaian selain Malioboro.
“Bicara beban Malioboro berkurang 10 persen saja sudah bagus. Ketika orang-orang nongkrong di Sudirman ada suasana yang baru. Apalagi nyambung dengan kawasan Suroto Kotabaru,” katanya.
Pasca penataan HS meminta tidak ada lagi sampah visual. Ketegasan ini terbukti dengan adanya aturan pelarangan spanduk. Meliputi simpangempat Gramedia hingga simpangtiga Wisma Hartono. Dia meminta agar penanggungjawab wilayah bertindak tegas.
“Kawasan ini (Sudirman) bebas spanduk. Kalau ada itu pasti illegal, silakan satpol PP, lurah dan camat bertindak tegas. Kami juga mminta pelaku usaha di sepanjang Sudirman memasang CCTV. Tujuannya selain keamanan personal juga turut merawat dan menjaga kawasan Sudirman,” katanya. (dwi/riz)