RADAR JOGJA – Metode mengembangkan jamu mengacu pada Java Tradisional Medicine. Ragam obat herbal tetap mengacu pada ramuan jamu tradisional. Sementara untuk kemasan memanfaatkan kekinian ala medis modern.

“Sekarang kan ada fitofarmaka, obat tradisional jamu sudah dikemas dalam obat dan tablet kemasan modern. Saat ini sudah diterapkan rumah sakit maka kepercayaan publik akan muncul. Jadi memang harus muncul trust dulu,”ujar Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto.

Terawan memastika fitofarmaka aman dan teruji secara medis. Obat tradisional dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah melalui tahapan uji praklinis dan uji klinis. Serta bahan baku berikut produk jadinya telah distandarisasi.

Terawan optimis jamu akan mendapat tempat di hati para milenial. Paling utama adalah menghadirkan kemasan yang menarik. Selain itu mudah dimengerti dan nyaman untuk dikonsumsi. Selain itu juga hadir dalam kolaborasi produk kekinian.

“Obat tradisional golongan fitofarmaka memiliki penandaan berupa logo jari-jari daun membentuk bintang yang terletak dalam lingkaran dengan tulisan fitofarmaka,” ujarnya.

Kepala Humas RS Sardjito Banu Hermawan memastikan konsep pengobatan tradisional telah berjalan. Bahkan jajarannya telah menerapkan metode tersebut sejak 2010. Walau diakui olehnya perjalanan pengobatan tradisional tak selamanya mulus.

Tak sekadar wacana, beberapa dokter-dokter yang bertugas telah menerapkan metode serupa. Bahkan teknik pengobatan telah merambah hingga obat jamu tradisional.

“Sudah mengembangkan sejak 2010. Ada ekstrak mengkudu untuk obat darah tinggi dan sudah baku. Bahkan pendiri kami dr Sardjito juga penemu calcusol sebagai penghancur batu ginjal,” jelasnya. (dwi/riz)