RADAR JOGJA – Hujan mulai turunĀ  intensif di Kawasan DIJ. Karena itu pengecekan debit air di bendungan atau dam harus rutin dilakukan. Itu untuk mengantisipasi luapan air sungai menuju saluran irigasi. Sebab, tidak semua bendungan memiliki karakter sama.

Juru bendung Kali Winanga UPT Winanga Bantul Suyadi mengatakan, ada dua jenis bendung yang memiliki karakter berbeda. Keduanya itu juga memiliki sistem penanganan yang berbeda dalam mengatasi luapan air sungai. Di antaranya, bendungĀ  tetap dan bendung gerak. “Bendung tetap, pintu airnya lebih sedikit dibandingkan pintu penggerak,” ungkapnya dihubungi akhir pekan kemarin (29/12).

Dikatakan, di Sungai Bantul ini memiliki dua jenis bendungan tersebut. Di Sungai Winanga misalnya. Sungai yang mengalir dari Sleman hingga ke hilir ini memiliki 11 titik aliran di Bantul. Delapan di antaranya memiliki bendung tetap sedangkan tiga lainnya bendung gerak.

Begitu hujan turun lebat. Setiap juru bendung harus stand by di area bendung. Terutama di bendung gerak. Harus memulai membuka pintu air. Jika hal tersebut terlambat, akibatnya air dapat meluap ke rumah warga. “Sebab, paling tidak butuh waktu tiga jam untuk membuka pintu, lantaran pemutarnya sangat berat,” ungkapnya.

Sedangkan pada bendung tertutup, juru bendung diharuskan menutup pintu air pada saluran irigasi pertanian. Itu untuk mencegah timbunan walet agar saluran irigasi tidak tersumbat. “Biar tidak seperti tahun lalu. Karena telat membuka pintu jadinya banjir dan walet masuk kemana,” ujar Suyadi.

Sebelumnya, Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Pemukiman (DPUPKP) Bantul Yitno mengatakan, untuk memudahkan dalam membuka pintu air, disetiap bendung diimbau melakukan perawatan. Dengan cara memberikan oli sebagai melumas alat pemutar pintu. “Agar tidak seret dan lebih cepat,” katanya. (mel/pra)