RADAR JOGJA – Intensitas hujan mulai berdampak pada sejumlah talud di Jogjakarta. Tak hanya talud di sepanjang bantaran sungai tapi juga talud di kawasan pemukiman. Penyebab utamanya adalah rembesan air hujan hingga gerusan aliran sungai.

Sebuah talud Sungai Winongo ambrol Jumat malam (3/1) tepatnya pukul 23.30 WIB. Talud yang berada di Serangan, Notoprajan, Ngampilan, Kota Jogja ini longsor akibat guyuran hujan deras. Imbasnya akses penduduk di kawasan tersebut terputus.

“Tidak ada korban jiwa atas kejadian ini. Tapi akses jalan untuk warga terputus karena volume longsoran talud ini sepanjang sebelas meter. Kalau tinggi empat meter dan lebar lima meter,” jelas Kepala Pelaksana BPBD Kota Jogja Hari Wahyudi, Sabtu (4/1).

Hari menuturkan kondisi talud sebelumnya sudah berongga. Semakin parah dengan adanya retakan di sepanjang talud hingga ke arah sungai. Penyebabnya adalah perbaikan aliran sungai dengan alat berat.

“Jadi sebenarnya memang sudah ada retakan akibat pengerjaan sungai yang pakai alat berat yang terlalu mepet talud. Lalu ambrol karena kena hujan tambah gerusan aliran sungai,” katanya.

Selain jalan akses penduduk, lima rumah turut terdampak. Kelima bangunan itu berada tepat di sebelah talud yang ambrol. Dari total hunian, satu warga memilih mengungsi ditempat yang lebih aman.

Kelima rumah tersebut yakni milik Parmin dihuni tiga jiwa. Rumah milik Agus dihuni dua jiwa, rumah milik Bambang dihuni empat jiwa. Rumah milik Sayuti dihuni dua jiwa dan rumah milik Awik Handoyo dihuni empat jiwa.

“Yang mengungsi sementara keluarga pak Awik Handoyo, karena lokasinya sangat dekat. Mengungsi di sekitar sini kok, karena masih satu kampung,” ujarnya.

Langkah pertama penanganan dengan pemasangan terpal. Tujuannya untuk menutupi area longsoran dari paparan air. Langkah selanjutnya adalah perbaikan oleh instansi terkait.

Kejadian talud longsor ini merupakan peristiwa longsor kedua di Kota Jogja. Sebelumnya juga sempat terjadi longsor di kawasan Mrican Umbulharjo. Penyebabnya sama yaitu paparan air hujan dan arus aliran sungai. Walau mengganggu akses jalan penduduk namun tak ada korban jiwa.

Hari meminta agar warga aktif mengawasi talud sungai dan talud pemukiman. Terlebih selama musim penghujan berlangsung. Caranya dengan mencermati dari sisi atas maupun dinding talud.

“Aktif mengawasi perubahan kecil yang ada di sekitarnya. Misalnya saja retakan, kadang masyarakat kurang memperhatikan. Retakan kecil itu bisa jadi potensi bahaya, jadi jangan didiamkan,” pesannya.

Kejadian talud longsor juga terjadi di kawasan Tempel Sleman. Tepatnya talud tebing selokan Vandervick wilayah RT 03 RW 07 Jambeyan Banyurejo Tempel. Talud tersebut longsor sepanjang sebelas meter. Detailnya longsor sepanjang tujuh meter dan retak empat meter.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Makwan menuturkan kejadian berlangsung Jumat malam (3/1) tepatnya pukul 23.15 WIB. Kala itu intensitas hujan di kawasan tersebut berlangsung deras.   

“Kalau nominal kerugian kisaran Rp 8 juta. Talud itu merupakan akses jalan di RT 03 RW 07, untuk 12 KK dengan jumlah penduduk 32 jiwa. Sudah kami laporkan ke BBWSO karena kewenangan disana,” katanya. (dwi/tif)