Awalnya hobi. Awalnya cinta. Akhirnya, menjadi bisnis yang menjanjikan. Itu dialami Danang Prima yang kini sukses menjalankan bisnis ikan hias jenis guppy.
JIHAN A. VAHERA, Sleman, Radar Jogja
RADAR JOGJA – Awalnya, Danang Prima melihat masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang guppy. Hanya sebagian kecil saja yang memahami ikan hias air tawar yang memiliki perpaduan warna indah tersebut.
Berpijak dari hal itu, dia membuat sebuah terobosan agar guppy lebih dikenal masyarakat. Upaya yang dia lakukan yaitu membuat event kontes ikan guppy.
Awal 2018, dia menggelar Jogja Guppy Kontes di Jogja Expo Center. Akhir 2018, dia mengadakan Guppy Internasional Festival di Plaza Ngasem. Sedangkan pada Juli 2019, dia menghelat Swasti Internasional Guppy Festival di Sleman City Hall.
Saat ini Danang dipercaya sebagai koordinator Guppy Indonesia Forum. Forum ini memiliki 60 komunitas guppy dari berbagai daerah di Indonesia. Forum ini memiliki keinginan menjadikan guppy sebagai ikan premium. Selain itu, menjadikan guppy masuk dalam lima besar ikan hias favorit di Indonesia, bahkan dunia.
”Lambat laun masyarakat mulai mengetahui guppy,” jelasnya kepada Radar Jogja (6/1).
Menurut Danang, sekitar enam atau tujuh tahun lalu, guppy hanyalah ikan yang dipandang sebelah mata oleh sebagian besar orang di Indonesia. Saat itu, guppy tidak termasuk dalam sepuluh besar ikan hias favorit di Indonesia.
Bahkan, Danang menuturkan, saat itu guppy hanya ditaruh di pojok dan dicampur ikan lain di toko-toko ikan hias. Harganya pun hanya sekitar Rp 1.500 per ekor.
”Ibaratnya, guppy hanya jadi pelengkap saja,” tegasnya.
Dulu Danang hampir setiap pekan mengunjungi toko ikan hias. Dia hanya ingin melihat apakah ada jenis guppy baru atau tidak.
Setiap datang ke toko ikan hias, ternyata Danang menemukan jenis guppy baru. Dari situ, dia menduga ada banyak jenis guppy.
Dia pun mulai mencari tahu tentang guppy. Dia berselancar di internet.
Dia menemui penggemar guppy di Jogja yakni Agung Saputra. Dia lantas belajar banyak.
Setelah menggali banyak informasi mengenai guppy, Danang melihat ada peluang bisnis. Ikan berukuran kecil ini dapat menghasilkan uang yang besar.
Dia mulai belajar cara memelihara dan membudidayakan guppy. Lantas dia membuat tempat budidaya khusus bersama temannya, Ahmad Taufik, pada Januari 2017. Tempat itu diberi nama Swasti Farm.
Mereka berhasil membudidayakan guppy dengan kualitas kontes. Mereka juga berhasil memasarkan guppy hingga kancah internasional. Antara lain, dijual ke Filipina dan Thailand.
Swasti Farm menjadi satu-satunya farm guppy di Indonesia yang memiliki sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) dari Kementerian Kelautan Perikanan, yang turunnya dari Balai Karantina Jogja. ”Kita bisa mengirim ikan kapan saja dan ke mana saja karena punya CKIB. Kalau teman-teman lain, mungkin susah,” tegas Danang.
Menurut Danang dan Taufik, memelihara guppy bukan sesuatu yang sulit. Sebab, perawatan dan budidaya guppy terbilang mudah. Guppy bukan jenis ikan yang rewel. Mereka bisa hidup dimana saja seperti di bak, toples, dan ember.
Salah satu keistimewaan guppy adalah mudah dibudidayakan. Selain itu, nilai jualbta tinggi yang didasarkan keindahan dan tingkat kesulitan untuk diperanakkan.
Di Swasti Farm, guppy paling murah dijual seharga Rp 100 ribu. Sedangkan harga paling mahal Rp 1,6 juta. ”Itu artinya dengan ikan sekecil itu, guppy memiliki value yang luar biasa,” ujar Danang.
Jenis guppy sangat banyak. Ada ribuan jenis. Tersebar di seluruh dunia. Di Swasti Farm, saat ini terdapat kurang lebih setarus jenis guppy. Di antaranya, sunset micariff, santa bottom sword, Vienna emerald bottom sword, blonde yellow cobra, dan blonde yellow lace. Blonde yellow cobra dan blonde yellow lace merupakan jenis guppy paling mahal yang dijual di Swasti Farm.
Uniknya, para petani guppy dapat memberikan nama sendiri untuk ikan hasil budidaya. Penentuan nama tersebut mulai dari kepala, badan, dan ekor. Ditentukan juga dari karakter warna dan base body yang terdiri grey, blonde, dan albino. Taufik berpesan para pecinta ikan, khususnya guppy, untuk memanfaatkan peluang bisnis yang ada. Jangan memelihara saja. ”Tidak hanya belajar berternak saja. Tetapi, belajar berjualan juga, karena sayang,” ujarnya. (amd)