RADAR JOGJA – Gubernur DIJ Hamengku Buwono X mendorong seluruh instansi menghentikan budaya nanggap kelompok seni. Menurutnya cara ini tidak berdampak signifikan pada upaya pelestarian budaya.
Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini berharap pejabat dan masyarakat mengubah pola pandangnya. Pelestarian, lanjutnya, tak sekadar berbicara penampilan sebuah karya. Harus ada upaya lebih dalam. Salah satunya dengan persinggungan secara simultan.
“Harapan saya bagaimana aktivitas budaya menghadirkan nilai tambah bagi masyarakat. Adanya sebuah gerakan kebudayaan, jangan sekadar nanggap pentas saja. Tapi bagaimana mewujudkan sebuah akulturasi,” jelasnya saat peluncuran Kalendar Agenda Budaya DIJ, di Grand Inna Malioboro Hotel, Jumat (10/1).
Dalam tatanan ini, pelestarian sudah berbicara tentang peradaban manusia. Sehingga setiap individu memiliki integritas terutama dalam bidang seni dan budaya. Tingkatan selanjutnya mampu menjadi manusia yang beradab.
HB X berharap adanya kalender agenda budaya ini menjadi pintu masuk lainnya. Seluruh jadwal kegiatan seni dapat tercatat secara terperinci. Pengaruhnya akan sangat banyak terutama terciptanya ruang pertemuan antara pelaku dan penikmat seni budaya.
“Bukan hanya bicara seni dan tradisi tapi mengubah pola pikir. Menjadi manusia yang beradab sesuai perkembangan jaman tapi tanpa meninggalkan jati dirinya,” ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan DIJ Aris Eko Nugroho menuturkan kalender budaya merupakan rangkuman seluruh agenda seni budaya di Jogjakarta. Catatan ini merupakan data kegiatan selama Januari hingga Desember 2020.
Agenda budaya ini mencatat 414 agenda budaya. Meliputi ragam disiplin seni di Jogjakarta. Tak hanya seni tradisi tapi juga seni kontemporer dan seni modern. Termasuk di dalamnya upcara adat, tradisi budaya, pengetahuan dan teknologi hingga warisan budaya benda dan tak benda.
“Sinergritas antara pelaku dan penikmat budaya. Data-data ini merupakan kolaborasi Dinas Kebudayaan Kabupaten Kota dan di tingkat provinsi. Diluar 414 agenda ada sisipan lainnya, terutama peristiwa budaya yang sifatnya seremonial,” katanya.
Untuk info terbaru memanfaatkan sejumlah media. Mulai dari portal website hingga sosial media. Adapula pemberitaan melalui rubrik Warta Budaya di Koran Jawa Pos Radar Jogja. Seluruhnya akan mengabarkan secara terperinci.
“Jadi saat wisatawan atau pengunjung datang ke Jogjakarta sudah tahu agenda seni budayanya. Dimana tempatnya, kapan, siapa saja tokohnya. Seluruhnya bisa diakses melalui portal-portal informasi,” ujarnya. (dwi/tif)