RADAR JOGJA – Acara gelar kesiapan pengawasan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 yang dilakukan Bawaslu Gunungkidul, Rabu (22/1), mengundang kontrofersi. Gara-garanya, dalam rangkaian acara ditampilkan tarian yang dianggap kurang sopan.

Para penari perempuan bercelana ketat meliuk-liuk dan mempertontonkan tariannya di hadapan pejabat Muyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Gunungkidul. “Etiskah di acara seperti ini hiburannya tarian model demikian. Mending tarian tradisional,” kata seorang peserta Suyatno yang hadir di Gedung Olahraga (GOR) Siyono, Playen.

Padahal, tarian itu dipertontonkan di depan para pejabat. Mulai dari bupati, kapolres, dandim, KPU, dan yang lain. Suyatno berharap kejadian serupa tidak terulang kembali. Menurutnya, model tarian tidak cocok dipertontonkan di acara resmi pemerintahan. “Tadi sejumlah pejabat terlihat meninggalkan lokasi, mengaku risih melihat tarian berpakaian celana ketat,” ucapnya.

Sesaat kemudian video tersebut viral di media sosial. Pro dan kontra muncul di unggahan akun Instagram @radargunungkidul. Seperti komentar akun @trist_anto menulis ‘masa ada acara kayak gini. Pakaian nya ga sopan tu yg nari2’. Lalu akun @waqiriawanest92 menulis ‘ksh smangattt trusss’.

Humas Bawaslu Rosita mengatakan, tarian tersebut di luar acara resmi. Suguhan tontonan juga di luar konsep acara dan merupakan kemasan dari event organizer (EO) yang disewa untuk penyelenggaraan acara. Dia mengaku benar-benar tidak tahu kalau akan ada dancer yang memakai kostum seperti itu.”Kalau kami diberitahu sebelumnya pasti akan kami larang,” kata Rosita. (gun/din)