RADAR JOGJA – Isu stunting masih jadi perhatian utama dalam dunia kesehatan Indonesia. Kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang pada 1.000 hari pertama kehidupan anak atau sejak janin hingga usia dua tahun. Di DIJ, Kabupaten Bantul menjadi salh satu prioritas penanganan stunting di antara 60 kabupaten lain di Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2018, angka penderita stunting di Bantul mencapai 22,89 persen.

Berbagai upaya untuk mengurangi angka stunting dilakukan salah satunya melalui penyuluhan dan pemberian bantuan gizi tambahan. Seperti yang dilakukan Pemerintah Desa Muntuk, Dlingo, Bantul bekerja sama dengan PT Tripatra Engineers and Constructor (TRIPATRA), Kamis (23/01).

Kepala Puskesmas Dlingo, Bantul dr Ahmad Riyanto menyatakan kasus stunting di Desa Muntuk cukup banyak. Masalah yang sering ditemui, para ibu mengeluhkan anak-anak yang susah makan dan lebih memilih jajan. Padahal, jika 1.000 hari pertama kehidupan anak mendapat perhatian yang baik, peningkatan kualitasnya akan terlihat 5 tahun mendatang. Oleh karena itu menurut Ahmad, stunting menjadi parameter kualitas kehidupan anak.

“Pertama, persiapan sejak sebelum hamil atau pra nikah, awal kehamilan, pemeliharaan anak usia 0 bulan, 6 bulan, hingga 2 tahun,” jelas Ahmad dihadapan 105 orang peserta.

“Anak harus makan dan orang tua wajib memotivasi agar mereka mau makan teratur. Namun makan saja belum cukup, harus mengkonsumsi makanan yang memenuhi unsur empat sehat lima sempurna,” sambungnya.

Ahmad berharap dengan diadakannya penyuluhan ini, ada perubahan pada pola pikir orang tua dalam mengasuh dan memberi gizi anak. Dampak jangka panjangnya, dapat menurunkan angka stunting khususnya di wilayah setempat.

Selain itu, salah satu faktor terjadinya stunting di Desa Muntuk adalah usia orang tua masih remaja, yang notabene belum siap secara mental dan kurang mumpuni memperhatikan gizi anak. Kepala Desa Muntuk Kelik Subagyo mengakui pernikahan usia dini terjadi di wilayahnya.

“Intinya kesadaran orangtua, agar sadar terhadap gizi anak, kesadaran pola hidup dan kesadaran mengenai stunting. Faktor orangtua anak sangat berpengaruh, yaitu memperhatikan gizi mulai kehamilan hingga usia emas anak,” katanya.

Kegiatan penyuluhan ini digelar bertepatan dengan Hari Gizi Nasional yang jatuh pada 25 Januari. Head of Corporate Communications and CSR PT TRIPATRA Ninesiana Saragih mengatakan, Desa Muntuk dipilih karena termasuk lokasi khusus yang ditetapkan pemerintah sebagai fokus penanganan stunting.

“Kami ingin berkontribusi positif bagi masyarakat sehingga dimanapun berada akan berguna bagi sesama. Acara ini dilakukan untuk mendukung program pemerintah dalam menanggulangi stunting,” ungkapnya. (sky/tif)