RADAR JOGJA – Dugaan penyebaran virus corona antara manusia dan kelelawar di Wuhan China sejauh ini tidak berpengaruh di Gunungkidul. Buktinya, kuliner ekstrem dengan menu kelelawar di Kecamatan Panggang masih diminati.

Di sebuah warung sederhana di Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, atau sebelah timur terminal Panggang, hingga Rabu (29/1) tetap buka. Pemilik warung, Mbah Sukarwanti selama ini memang dikenal sebagai penjual kuliner kelelawar.

Dia adalah generasi ketiga bakul codot (kelelawar, Red ) di kampung itu. Warung ini sudah memiliki pelanggan tetap. Kebanyakan dari luar kota seperti Magelang dan yang lain. Meski tidak memasang plakat, namun kulinernya melegenda.“Hari ini (kemarin, Red) ada stok belasan codot bacem. Satu codot bacem Rp 7 ribu hingga Rp 15 ribu tergantung ukurannya,’’ kata Sukarwanti.

Dikatakan, warungnya berjualan kelelawar hampir setiap hari. Kelelawar diperoleh dari warga sekitar yang berburu ke sekitar tebing kawasan Pantai Selatan. Hasil buruan itu kemudian dikuliti, dibumbui dan dibacem. “Berapapun jumlahnya kami beli. Kadang hanya beberapa ekor,” ucapnya.

Menurutnya, menu codot bacem bagus untuk kesehatan. Bisa menyembuhkan penyakit asma atau sesak nafas, diabetes, hingga asam urat. Untuk memenuhi keinginan pembeli, keluarganya siap delivery order atau pesan antar.

Disinggung mengenai penyebaran virus corona diduga berasal dari kelelawar, Sukarwanti memonitor melalui media massa. Namun sejauh ini kabar itu tidak berpengaruh terhadap penjualan kelelawar bacemnya.  “Sepengetahuan saya di sana (China, Red) itu tidak dimasak, kalau di sini dimasak sampai matang. Jadi aman,” ucapnya mencoba menganalisis.

Sementara itu, seorang penjual kelelawar mentah, warga Padukuhan Tungu, Desa Girimulyo, Kecamatan Panggang, Pasiyem, terlihat membawa kantong plastik. Dia membawa 10 ekor kelelawar hasil buruan. “Dijaring anak saya di sekitar tebing Pantai Selatan Kecamatan Panggang,” kata Pasiyem.

Pembeli asal kota Wonosari Anjar Ardityo terlihat menikmati kuliner codot bacem di wilayah Panggang. Dia mengaku baik-baik saja setelah menyantap menu ekstrem tersebut. Kata dia, daging kelelawar teksturnya empuk. Menurutnya, rasanya mirip burung puyuh. “Kebetulan pas lewat mampir sekalian, karena kuliner seperti codot bacem ini tidak setiap wilayah ada,” kata Anjar. (gun/din)