RADAR JOGJA – Perdebatan sempat terjadi antara Dukuh Nanggulan Sasmita dengan Kasi Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan (OP) BBWSS-SO Hanugrah Purwadi. Sang dukuh ingin kebijakan penutupan pintu flushing selokan mataram ditinjau ulang. Sementara kajian memang menunjukan pintu flushing harus ditutup.
Purwadi memastikan kebijakan ini bukan sebagai langkah arogan. Berdasarkan sejarahnya, fungsi Selokan Mataram diutamakan sebagai pengairan persawahan. Perannya untuk menjaga kebutuhan tanaman pangan di wilayah Jogjakarta.
“Tujuannya agar bisa mengetahui alokasi air dan debit yang mengalir. Kaitannya dengan pertanian di hilir. Tujuan utama selokan Mataram adalah irigasi pertanian. Lalu belakangan mulai muncul yang lain berupa petani ikan,” jelasnya, ditemui di lokasi penutupan flushing, Senin (3/2).
Pemanfaatan selokan Mataram bagi budidaya ikan air tawar tidaklah terlarang. Namun dalam asas pemanfaatan, komoditi tergolong sekunder. Artinya tidak bisa memonopoli aliran selokan Mataram secara sepihak.
Dalam kasus ini, pembudidaya ikan hanya mendapatkan sisa. Sistem yang diterapkan berupa pengaliran utama ke area persawahan. Apabila seluruh kebutuhan pengairan sawah terpenuhi maka beralih ke perikanan. Tentunya dengan memanfaatkan sisa aliran.
“Kebutuhan pengairan persawahan itu harus benar-benar sampai hilir. Selain Kalasan juga memenuhi kebutuhan air di Berbah dan Prambanan. Jadi memang harus ditutup dulu agar tahu debit airnya sampai mana,” katanya.
Penerapan kebijakan ini telah melalui kajian. Selain itu juga sebagai bahan evaluasi atas permasalahan yang timbul. Penutupan pintu flushing dapat menjadi acuan debit air. Terutama jangkauan hingga daerah hilir Selokan Mataram.
“Apakah debit (air) bisa masuk sana dan merata. Jadi bisa mengetahui kebutuhan aktualnya. Nah, kalau masih sisa akan buka sedikit untuk perikanan,” ujarnya.
Purwadi mengakui aliran selokan Mataram tidaklah ideal. Dengan dibukanya pintu flushing, debit air hanya mencapai 1 hingga 2 meter kubik perdetik. Jumlah ini jauh dari batas normal mencapai 9 hingga 11 meter kubik perdetik.
Dia menjawab adanya kemungkinan banjir hingga kawasan hilir. Kondisi ini bisa dikendalikan melalui pintu flushing Karangtalun. Pintu flushing Selokan Mataram ini berada di sisi barat. Koordinasi penutupan dapat berlangsung dari hilir hingga hulu.
Penutupan pintu flushing juga beracuan pada Peraturan Menteri PUPR tentang Eksploitasi dan Pemeliharan Jaringan Irigasi. Sehingga penerapan kebijakan tidaklah berbahaya. Apalagi uji coba untuk mengetahui secara pasti curahan debit air hingga hilir.
“Kalau debit air di Karangtalun, intake masuk antar 5 sampai 6 meter kubik perdetik. Akan dibuka untuk ngatur debit. Ada warning juga dari sepanjang hilir, sehingga bisa buka tutup,” katanya. (dwi/tif)