FILM ini sekilas mengingatkan kembali atas kuatnya pemeranan Adam Sandler untuk karakter yang diperankannya dalam Punch-Drunk Love. Serupa tapi tak sama, dalam film ini penonton mengikuti kebingungan Howard (diperankan Sandler) yang setiap pilihan sikapnya selalu menambah terbukanya pintu persoalan baru.
oward adalah penjual berlian di tengah New York yang selalu dikejar penagih utang, sedang bermasalah dengan rumah tangganya, dan punya insting judi basket yang kuat. Berlapis-lapis persoalan hidup Howard ini ceritanya terjalin oleh paket berisi opal (batu mulia) dari Afrika yang baru saja ia terima. Dari sini penonton akan mengikuti bagaimana Howard secara serampangan menghadapi segala persoalan hidup yang tengah menghimpitnya. Belum selesai satu soal, datang soal lain, dan lainnya lagi yang makin membuat hidup Howard kian tersungkur.
Film ini bisa dibilang cukup bertopang pada pembawaan Sandler yang cakap dalam memerankan karakter yang banyak cakap, suka berkelit, dan susah dipegang (baik omongan maupun raganya). Diperkuat dengan musik ilustrasi yang memberi kesan membingungkan-tak menenangkan, alih-alih menjengkelkan untuk mengikuti kelanjutan ceritanya film ini justru menawan penonton untuk mengikuti akhir dari kisah ruwet si Howard. Permainan psikologis dalam konflik plotnya turut meramaikan keseruan kisah film ini.
Film ini takkan mengizinkan penonton barang sedetik pun untuk menye-menye (baca: bermelankolis). Akhir cerita yang menyisakan jengkel dalam hati telah membuktikan bahwa meski tak menyenangkan film ini berhasil menyandera atensi penonton. Satu penyanderaan yang menjengkelkan, tetapi mengasyikkan. (ila)
*Penulis adalah penggemar film dalam negeri dan penikmat The Chemical Brothers yang bermukim di Jogja Utara