RADAR JOGJA – Peserta kompetisi memasak Masterchef Indonesia Season 6 Fifin membagikan pengalamannya sejak audisi hingga tereleminasi dari 14 besar peserta. Pemilik nama lengkap Lydia Finna Trisnawan ini menyebutkan, hal terpenting yang menjadi hilight kompetisi tersebut adalah manajemen waktu memasak.

“Yang penting time management, soale memang tantangannya itu waktu, mana yang harus dipropritasin dimasak dulu, dimasak nanti, mana yang harus terakhir,” ungkap Fifin dengan aksen medoknya yang khas, saat acara meet and greet di salah satu mal di Jogja belum lama ini.

Ibu rumah tangga kelahiran Semarang, 16 Juni 1991 ini mengungkapkan, semua momen dalam perjalanan kompetisi Masterchef berkesan. Namun tantangan yang paling dia sukai adalah chinese food. Fifin memenangkan tantangan tersebut dengan menu fu yung hai. Menu sederhana dari telur yang dimasak dengan saus asam manis dan sedikit sayuran.

“Sebenarnya challenge-nya masak aja simple, selesai, dan enak, nggak perlu ribet-ribet,” ujarnya.

Fifin menjalani karantina selama kurang lebih empat bulan. Dia menuturkan, proses kompetisi ini melewati tahapan yang banyak. Menu Ayam Goreng Sambel Cengis yang dimasaknya saat audisi membawa Fifin sampai ke tahap ini. Pertama kali yang dilakukan adalah pendaftaran online, jika lolos, lanjut ke audisi plating, kemudian audisi interview, audisi masak, audisi interview lagi. Barulah audisi on air dengan troli yang dinilai langsung oleh tiga juri Chef Juna, Chef Renata, dan Chef Arnold. Awalnya dia sempat merasa minder melihat saingan-saingannya.

“Minder ada pasti apalagi yang punya pengalaman tinggi2, punya rumah makan,” ucapnya.

Dalam satu episode Masterchef Indonesia 6, lanjut Fifin, menghabiskan waktu syuting hingga tiga hari. Mulai dari 06.30 hingga 00.30 setiap harinya. “Masaknya seru, capeknya seru, jadi nggak bisa lihat matahari terbenam,” kenangnya.

Fifin sendiri tidak memiliki latar belakang sekolah memasak, dia merupakan lulusan di Akademi Enterpreneurship Terang Bangsa. Namun, sejak usia SD dia mengaku sudah senang di dapur dan belajar memasak dengan neneknya.

“Sejak SMA kan aku tinggal sama nenek, jadi sing ngajari masak itu nenek. Keluarga sih ndak ada yang jadi chef, oh tapi buyut dulu pernah jadi koki di Singapura, kalau mami usaha kue dan roti,” tuturnya.

Setelah keluar dari Masterchef Indonesia, Fifin melanjutkan minat memasaknya ini dengan membuat kanal YouTube Fifin Liefang. Belum genap dua minggu, sudah meraih hampir 23 subscriber. Konten video yang dia buat juga tak jauh-jauh dari dunia kuliner mulai dari demo memasak, review makanan, dan lain-lain. Ditanya soal usaha kuliner, Fifin mengaku belum ada rencana dalam waktu dekat ini.

“Ya nanti kalau dapat hasil dari YouTube nya siapa tahu kan bisa buat modal,” ujarnya.

Dia pun berpesan pada penggemarnya, untuk tidak mudah menyerah dalam meraih keinginan. “Kita harus tahu mau apa, ke mana, lihat di situ ada jalannya, ambil aja. Yang penting berani ambil, apapun keadaannya tetap senyum aja,” pesannya.

Salah satu yang hadir dalam meet and greet adalah Dwi Setiyoaji, asal Bantul. Pria 21 tahun ini yang datang pertama kali. “Datang pertama bisacerita-cerita Masterchef kayak gimana, jadi termotivasi, ci Fifin orangnya lucu,” ungkapnya.

Sementara itu Friska Loren Mariance, 22, juga merasa termotivasi setelah berkesempatan ngobrol dengan jagoannya di Masterchef itu. “Saya suka lucunya (Fifin, Red.), polos banget, tadi dikasih semangat, walaupun sudah tereliminasi tetep masak,” ujar mahasiswi asal Padang, Sumatera Barat ini. (tif)