RADAR JOGJA – Populasi ikan jenis sidat di sepajang saluran sungai di Kabupaten Purworejo terancam punah. Pemicunya adalah limbah budidaya udang yang dilakukan di seputar kawasan pinggiran pantai.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Perikanan Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (DPKKP) Purworejo Eko Paskiyanto, Rabu (19/2). Jika tidak ada langkah tepat, menurutnya, bisa dipastikan sidat tidak bisa lagi ditemukan di Purworejo.
“Sekarang proses hilangnya populasi ikan jenis sidat itu sudah terjadi,” ujar Eko.
Menurutnya, tak hanya sidat yang populasinya bakal hilang. Sejumlah jenis ikan juga sudah jarang ditemukan seperti bethik, bethok, dan sepat.
Dijelaskan, selama ini sidat berkembangbiak di laut dalam. Namun, sidat berkembang di air tawar.
“Jadi, ikan yang ada di saluran sungai itu akan turun menuju ke muara dan laut. Di sana melakukan perkawinan,” tutur Eko.
Pascaperkawinan, sidat ikan akan mengeluarkan telur. Telur tersebut terbawa ombak hingga ke muara atau pinggiran laut. Telur itu akan menetas saat terkena air tawar dari saluran sungai atau air hujan.
“Tapi, karena polusi limbah udang itu, telur tidak bisa berkembang atau menetas,” tambahnya.
Selama ini, lanjut Eko, pihaknya selalu melakukan pantauan terhadap perbanyakan jenis sidat di Bendung Siwatu yang terletak di Desa Cokroyasan, Kecamatan Ngombol. Saat ini keberadaan anakan sidat sangat jarang ditemukan. Kondisi ini sangat mungkin menjadikan sidat segera punah.
“Dulu di Siwatu itu banyak sekali bibit atau anakan sidat. Tapi sekarang agak sulit ditemukan. Tampaknya ikan kecil atau bibit itu kesulitan melintasi saluran yang terkena limbah udang itu,” tambahnya.
Hal lain yang menjadi pemicu terancam punahnya ikan-ikan lokal di saluran sungai, menurut Eko, adalah penyetruman yang dilakukan warga. Menurut dia, orang yang mencari ikan dengan cara menyetrum hanya untuk kesenangan pribadi dan mengabaikan kepentingan orang banyak.
“Dari setrum itu, tanpa kita sadari, sebenarnya sudah mengganggu perkembangan ikan lokal. Karena efek listrik yang ada di setrum itu mengganggu pertumbuhan kromosom ikan,” katanya.
Eko mengaku kerap mendapatkan laporan terkait ikan yang memiliki bentuk tubuh berbeda bentuk pada umumnya. ”Jika ditelusuri perubahan bentuk ikan itu, dikarenakan dari tindakan penyetruman tersebut,” jelasnya. (udi/amd)