RADAR JOGJA – Mendukung program merdeka belajar yang digaungkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan Tanoto Foundation bekerja sama memberi pelatihan bagi guru dan dosen. Program Pengembangan Inovasi untuk Kulitas Pembelajaran (PINTAR) ini mengajak peserta pelatihan menggunakan pendekatan pembelajaran aktif saat berada di kelas. Digelar selama lima hari, mulai Minggu (16/2) hingga Kamis (20/2).
Teacher Training Institute Coordinator Tanoto Foundation Dyah Karyati menjelaskan, pengalaman nyata dalam belajar akan mengarahkan siswa untuk lebih mudah mengkonstruksinya menjadi sebuah konsep belajar. Menurutnya proses ini akan mendorong potensi siswa berkembang secara maksimal. Kreativitas siswa akan terpupuk dengan baik bila guru secara konkrit merancang pembelajaran ini dari awal.
“Setelah itu akan melatih mereka untuk menalar, dan berdiskusi dengan temannya. Kemudian mempresentasikan pengalaman baru yang telah dia dapatkan dalam sebuah peta konsep. Terakhir merefleksikannya bersama-sama dengan guru,” bebernya di sela-sela pelatihan praktik di hotel Grand Keisha, Rabu (19/2).
Mengusung metode pembelajaran aktif Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi (MIKiR), siswa melakukan sesuatu yang benar-benar mereka alami sesuai apa yang dipelajari. Siswa dipastikan belajar secara langsung atau mengalami pembelajaran sesuai dengan konteks atau tema yang dipelajari.
“Siswa diajak untuk berinteraksi langsung dengan narasumber dan sumber pembelajaran. Misal, dengan guru, teman, maupun subjek di lingkungannya. Selanjutnya komunikasi, para siswa di kelas akan diajak berkomunikasi efektif sehingga siswa berani mengutarakan pendapat dengan baik. Terakhir, refleksi atau evaluasi tentang apa yang telah dipelajari,” papar Dyah.
Sementara setiap mata pelajaran memiliki karakter keterampilan dan proses tersendiri yang perlu dilatihkan secara berkelanjutan kepada siswa. Menurut Dosen FIP UNY yang juga fasilitator Program PINTAR Woro Sri Hastuti, pengalaman yang diterima oleh siswa akan menjadi lebih kuat dan bermakna.
“Dalam Mapel IPA misalnya, kita menguatkan pada metode ilmiah. Melatih siswa menemukan jawaban dari persoalan dengan metode ilmiah yang mendukung peningkatan keterampilan proses sains siswa. Metode ilmiah yang dikuatkan meliputi merumuskan permasalahan atau pertanyaan, berhipotesis, bereksperimen, menganalisis hasil eksperimen, dan menyimpulkan,” tuturnya.
Woro mencontohkan, peserta diajak mempraktikan materi pelatihan dengan mengajar di SDN Deresan dan SMPN 1 Depok, Rabu (19/2). Siswa diajak melakukan pembuktian benda yang bisa di tembus oleh cahaya. Menggunakan benda-benda sederhana seprti air mineral, pewarna, kertas, dan lain-lain.
“Mereka kami tuntun dan menyelidiki sampai menemukan konsep dari pengalaman langsung,” katanya.
Salah satu dosen UNY dan fasilitator Program PINTAR untuk Mapel bahasa Indonesia Supartinah menambahkan, detil penguatan kompentensi dalam Mapel Bahasa Indonesia. Peserta dilatih berfokus pada empat strategi dalam memecahkan masalah pembelajaran bahasa Indonesia yang sering terjadi di kelas. Mulai dari mengorganisasi informasi menggunakan graphic organizer (GO), menulis cerpen dengan literasi visual, mengidentifikasi informasi dengan menentukan gagasan utama bacaan, dan menulis teks prosedur dengan strategi rekonstruksi kegiatan.
“Selain itu ada Mapel lain untuk Literasi Kelas Awal, mengembangkan berbagai strategi pembelajaran seperti membuat big book (buku besar), strategi membaca bersama, dan membaca terbimbing dengan buku berjenjang,” tuturnya. (tif)