RADAR JOGJA – Puluhan warga terdampak bencana badai cempaka 2017 sudah memiliki tempat tinggal. Kini mereka tak perlu lagi tinggal bersama saudara, karena sudah dapat menempati bangunan relokasi.
Sebanyak 40 unit rumah relokasi dari sembilan desa terdampak bencana telah disiapkan. Desa Sriharjo ada 12 unit, Desa Karangtengah ada tujuh unit, Desa Selopamioro ada sepuluh unit. Kemudian Gilangharjo satu unit; Munthuk empat unit, Sitimulyo sebanyak dua unit, Wonolelo sebanyak satu unit. Donotirto ada 2 unit dan Seloharjo sebanyak satu unit.
“Itu baru yang sudah terverifikasi. Kalau yang rusak berat lebih dari 40,” ungkap Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto, disela peresmian rumah relokasi di Pedukuhan Sompok, Sriharjo, Imogiri, Bantul, Rabu (26/2).
Rumah relokasi badai cempaka ini bersumber dari dana bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Nilainya Rp 80 juta per unit dari pengajuan awal Rp 100 juta per unit. Bangunan berdiri di lahan pemerintah. Didirikan di atas tanah kas desa yang sudah dibeli dan diganti oleh pemerintah. Model bangunannya tipe 36 di atas lahan seluas 100 meter persegi. Memiliki dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Dilengkapi listrik juga penampungan air. “Nah, lokasinya jauh dari tebing,” tuturnya.
Dana BNPB ini merupakan dana hibah yang ditandatangani Bupati Bantul Siharsono pada 2018, senilai Rp 64 miliar. Anggaran tersebut termasuk alokasi pembangunan rumah relokasi masyarakat.
Alokasi lain, untuk membangun 5 jembatan yang rusak akibat bencana. Totalnya Rp 55 juta. “Untuk jembatan akan kita mulai tahun ini,” imbuhnya.
Bupati Bantul Suharsono mengatakan, Bantul merupakan kawasan rawan bencana. Berbagai bencana sewaktu-waktu bisa menjadi ancaman. Dengan adanya relokasi diharapkan masyaakat yang tinggal di wilayah rawan bencana dapat memiliki kehidupan yang layak. “Saya berharap, rumah ini segera ditempati. Masyarakat bisa kembali menjalankan aktivitas normal,” ucapnya. (mel/bah)