RADAR JOGJA – Merebaknya kasus corona virus 2019 (Covid-19) mulai berdampak pada dunia wisata di Jogjakarta. Beberapa forum pertemuan terpaksa dibatalkan. Langkah ini sebagai wujud preventif dan antisipasi para penyelenggara.
Salah satu forum yang dibatalkan adalah Jogja International Travel Mart (JITM) 2020. Forum ini merupakan ajang pertemuan para pelaku industri pariwisata dengan calon pembeli potensial luar negeri. Mayoritas peserta menarik diri dari ajang tahunan ini.
”Benar, puluhan calon pembeli di JITM memilih mundur. Rencana awal, acara ini diselenggarakan akhir Maret. Sementara ini postpone sampai dengan bulan Juli,” jelas Kepala Dinas Pariwisata DIJ Singgih Raharjo, Selasa (3/3).
Mau tidak mau Singgih memaklumi pengunduran diri para peserta JITM. Terlebih alasan utama adalah antisipasi penyebaran Covid-19. JITM sendiri menargetkan 120 pembeli internasional. Hingga pertengahan Februari ada 70 pembeli yang telah mendaftar.
Merebaknya Covid-19 berdampak pada sejumlah jalur penerbangan internasional. Tak hanya Indonesia, akses penerbangan ke sejumlah negara di Asia juga tertutup. Imbasnya 40 pembeli melakukan pembatalan secara serempak.
”Jadi yang 30 pun masih wait and see. Tapi kami putuskan untuk tunda dulu hingga situasi kondusif. Peserta JITM didominasi dari negara di Asia dan Eropa,” katanya.
Kini jajarannya tengah menyusun langkah strategis lainnya. Tetap bertujuan mendatangkan wisatawan. Hanya, tetap beracuan pada kondisional global. Singgih berharap agar wabah Covid-19 ini segera berakhir.
Saat ini promosi wisata tetap berlangsung melalui Jogja Heboh. Ajang ini merupakan salah satu kegiatan dalam rangka memperluas pasar potensial pariwisata. Fokus sektor meliputi perdagangan, perekonomian, industri kreatif, dan destinasi wisata unggulan di Jogjakarta.
“Jogja Heboh sudah berlangsung sejak 2 Februari kemarin sampai 29 Maret. Saat ini skenario terburuknya, JITM tetap tak bisa digelar. Tapi kami coba merambah melalui digital marketing,” ujarnya.
Singgih masih optimistis dapat menembus pasar domestik. Upaya ini tetap berkoordinasi dengan pemerintah pusat. Berupa program-program yang diselenggarakan secara bersama. Sehingga mampu meningkatkan kunjungan wisata antar daerah di Indonesia.
“Domestik akan kami dorong. Ada insentif dari pemerintah pusat, seperti diskon penerbangan, lalu diskon pajak hotel dan restoran. Saat ini masih menunggu petunjuk teknisnya. Setidaknya program ini sudah menjadi angin segar,” katanya. (dwi/ila)