RADAR JOGJA – Kritik tak hanya disampaikan dengan ucapan maupun dalam selembar surat. Bisa juga melalui sebuah buku. Inilah yang dilakukan HM Joesoef dalam bukunya yang berjudul Yusuf Mansur Obong.
Dikemas dalam bahasa yang sederhana, buku menyajikan pandangan seorang Joesoef kepada Yusuf Mansur. Memuat kritiknya terhadap sahabat lamanya itu. Tak hanya pengalaman pribadi, isi buku juga disadur dari beberapa sahabatnya.
“Buku ini terbit sebagai bentuk keresahan diri saya. Sebagai sosok yang sudah mengenal beliau (Yusuf Mansur) selama sembilan belas tahun. Tentu cara ini jauh lebih elegan dalam menyampaikan kritik,” jelasnya, Sabtu (7/3).
Joesoef memastikan kritik tersebut untuk kebaikan bersama. Terlebih dia mengetahui secara mendalam sosok Yusuf Mansur. Itulah mengapa dia lebih memilih kritik dalam sebuah buku. Harapannya tulisan ini bisa dimengerti secara mendalam.
“Bagaimanapun juga beliau masih saudara saya. Cara mengingatkan tentu beragam. Ada yang secara lisan maupun melalui media tulisan seperti saya,” ujarnya.
Disinggung mengenai komunikasi dengan Yusuf Mansur, Joesoef mengaku tetap terjalin baik. Terbukti usai peluncuran buku, interaksi di antara keduanya tetap berjalan. Layaknya seorang sahabat, Joesoef hanya ingin ada wujud pertanggung jawaban atas kasus-kasus dan isu yang selama ini menaungi Yusuf Mansur.
Paling menonjol adalah masalah bisnis investasi. Joesoef mengaku sempat berkomunikasi dengan para mitranya yang merasa jadi korban. Itulah mengapa dia berani menulis dalam barisan kata. Dia menjamin seluruh tulisannya berdasarkan kajian mendalam.
“Tentunya sudah melakukan wawancara terhadap korban penipuan. Sudah klarifikasi juga ke yang bersangkutan (Yusuf Mansur) secara langsung. Namun jawaban yang diberikan tidak pernah serius atau slengekan,” katanya.
Pemilihan kata obong memiliki alasan tersendiri. Inspirasinya adalah kisah Hanoman Obong. Joesoef juga terinspirasi dari kisah Nabi Ibrahim. Sosok panutan ini sempat dibakar walau akhirnya api tidak bisa menyentuh tubuhnya.
“Kalau judul buku saya itu ibarat tanda tanya besar sebenarnya. Harapannya semoga buku ini bisa mencerahkan semua pihak yang membacanya,” harapnya. (dwi/tif)