RADAR JOGJA – Kalangan santri disebut punya potensi khusus pada bidang kewirausahaan, khususnya untuk mengembangkan usaha pada bidang industri. Hal itu juga yang mendasari Kementerian Perindustrian (Kemenprin) untuk mendukung pembinaan usaha bagi para santri di Indonesia.

Direktorat Jendral Industri Kecil dan Menengah (Dirjen IKM) Gati Wibawaningsih mengatakan, adapun potensi yang dimiliki santri adalah kepribadian yang ulet dan disiplin, di mana hal itu sudah diajarkan selama di pondok pesantren. Hal tersebut sudah menjadi nilai tambah bagi para santri untuk menjadi seorang wirausaha.

Melipat potensi tersebut, Gati mengatakan, Kemenprin melalui Dirjen IKM terus memberikan dukunngan kepada santri agar bisa berperan dalam bidang ekonomi. Salah satunya adalah melalui program Santripreneur.

Dijelaskan, Santripreneur sendiri adalah program pembinaan serta pelatihan teknis di bidang wirausaha bagi para santri di seluruh Indonesia. Pada Sabtu (14/3) bertempat di Hotel Royal Ambarrukmo, sebanyak tujuh pesantren yang ada di Jogjakarta dan Jawa Tengah telah resmi menjadi bagian program tersebut.

”Dengan segala hal yang sudah diajarkan di pondok seperti disiplin dalam beribadah, tentu ini menjadi modal tersendiri bagi para santri untuk berwirausaha,” ujar Gati usai membuka Satripreneur.

Gati menuturkan, bimbingan teknis Santripreneur akan dilaksanakan selama 4 hari mulai dari 14-17 Maret 2020. Dengan bentuk pelatihan berupa bimbingan teknis industri kecil makanan ringan kepada Pondok Pesantren Al Hikmah Karangmojo Gunungkidul dan pengolahan roti kepada Pondok Pesantren Nurul Haromain Kulonprogo serta Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kebumen.

Kemudian, pelatihan pada perbengkelan roda dua kepada Pondok Pesantren Darul Fikr Al Madai Boyolali, Pondok Pesantren Al Musanni Sragen, Pondok Pesantren Darul Quran Gunungkidul dan Pondok Pesantren Pangeran Diponegoro Sleman.

Lebih lanjut, selain memberikan bimbingan Gati menyatakan bahwa pihaknya juga memfasilitasi mesin produksi dan peralatan pendukung kepada para pengurus santri. Dengan harapan bisa dimanfaatkan oleh unit bisnis yang ada di pondok pesantren serta meningkatkan kapasitas produksi yang sudah ada.

Selain itu, kata dia, dalam proses pembinaan nantinya Ditjen IKM juga akan menghadirkan narasumber dari IdEA. Supaya memberikan wawasan tentang perkembangan digital marketing yang merupakan bagian dari revolusi Industri 4.0.

Gati mengungkapkan, jumlah pondok pesantren dan santri yang cukup besar di Indonesia. Hal itu menjadi potensi yang strategis untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Berdasarkan data Kementerian Agama, pada tahun 2016 pondok pesantren di Indonesia berjumlah 28.194 yang tersebar di seluruh provinsi. Dengan total santri sebanyak 4.174.094 jiwa.

”Kami meyakini, para santri generasi muda akan mampu menjadi agen perubahan yang strategis dalam membangun bangsa dan perekonomian Indonesia di masa mendatang,” ungkap Ditjen IKM. (inu/ila)