RADAR JOGJA – Pelaksana Harian (PlH) Direktur Utama RSUP Sardjito Rukmono Siswishanto membenarkan adanya pasien positif Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) baru di RSUP Sardjito. Laki-laki berusia 58 tahun ini tercatat sebagai pasien kedua yang dirawat di ruang isolasi RSUP Sardjito. Sebelumnya, ada pasien balita laki-laki berusia 3,8 tahun.
Kondisi kesehatan pasien, lanjutnya, masih dalam pengawasan. Hanya saja diakui olehnya belum menunjukan tanda-tanda kesehatan. Indikasi utamanya adalah masih adanya batuk disertai pilek, demam hingga sesak nafas.
“Benar hari ini salah satu pasien suspect Covid-19 menjadi positif. Hasil uji swab di Litbangkes menunjukan hasil positif,” jelasnya ditemui di RSUP Sardjito, Rabu (18/3).
Pasien ini telah dirawat di RSUP Sardjito sejak Minggu malam (15/3). Bersamaan dengan satu pasien lain yang masih berstatus suspect Covid-19. Masing-masing pasien merupakan rujukan dari RS Bethesda dan RS JIH.
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan paru RSUP Sardjito Ika Trisnawati menjamin tindakan medis dapat berlangsung optimal. Walau begitu dia enggan membeberkan kondisi pasien secara detil, termasuk adanya riwayat penyakit sebelum Covid-19.
“Masih dalam pengawasan, berdoa saja diberi kesembuhan seperti sedia kala. Saat ini (tindakan emdis) berupaya seoptimal mungkin kepada pasien,” ujarnya.
Wakil Rektor UGM Jogjakarta bidang Kerjasama dan Alumni Paripurna Sugarda turut angkat bicara terkait identitas pasien. Sempat beredar di masyarakat, bahwa pasien baru ini adalah seorang guru besar di UGM Jogjakarta.
Paripurna tak menampik pasien tersebut adalah civitas kampunya. Termasuk berstatus sebagai seorang guru besar UGM Jogjakarta. Pihaknya telah berkomunikasi kepada pihak keluarga. Selain berempati juga guna melacak interaksi dan komunikasi pasien.
“Benar beliau adalah salah satu guru besar UGM Profesor Doktor Iwan Dwiprahasto. Atas persetujuan keluarga, UGM konfirmasikan bahwa beliau saat ini sedang perawatan di rumah sakit karena menderita Covid-19,” jelasnya.
Paripurna turut meluruskan informasi yang beredar. Dia menegaskan isu yang beredar bahwa pasien kedua ini sempat kontak dengan rombongan kerajaan Belanda dan berinteraksi dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi tidak benar.
Dalam kesempatan ini dia meminta agar keluarga maupun kolega terbuka terkait infornasi. Pertimbangannya adalah tracing kontak pasien dengan dunia luar. Langkah ini sebagai antisipasi penyebaran dan penularan Covid-19. Langkah cek kesehatan dengan rentang waktu tiga minggu pasca komunikasi dan interaksi terakhir.
“Apabila dalam waktu 3 minggu yang lalu bertemu dan melakukan kontak dengan beliau agar dapat melakukan screening di fasilitas kesehatan terdekat. Terutama yang memberikan pelayanan tes covid,” pesannya. (dwi/tif)