RADAR JOGJA – Bupati Sleman Sri Purnomo tak melarang warganya melakukan lock down mandiri. Menurutnya langkah ini merupakan wujud kepedulian. Tak hanya untuk kesehatan pribadi tapi juga lingkungan masyarakat.

Diketahui bahwa sejumlah dusun di Kabupaten Sleman melakukan lock down. Berupa penutupan akses pintu masuk menuju dusun. Seluruh masyarakat yang melintas harus tercatat. Mulai dari asal, tujuan hingga kepentingan saat berkunjung ke Dusun.

“Itu merupakan wujud kesepakatan yang dibuat oleh warga dusun. Agar mudah memantau siapa saja yang keluar dan masuk wilayahnya. Bukan maksud untuk melarang tapi untuk menghindari penyebaran Covid-19 (Corona Virus Disease 2019). Ini bagus karena masyarakat sadar untuk kesehatan wilayahnya,” jelasnya, Jumat (27/3).

Radar Jogja sempat mengecek sejumlah dusun yang melakukan penutupan akses jalan. Mayoritas berada di wilayah Kecamatan Turi, Pakem, Kecamatan Ngemplak. Contohnya Dusun Baratan Pakem, Dusun Randu Pakem dan Dusun Kadilobo Pakem.

Dusun-dusun ini menutup akses jalan masuk dengan perintang jalan. Mulai dari bambu, kayu hingga utasan tali.  Adapula beragam tulisan himbauan. Seperti lock down, cepat berlalu hingga anjuran tidak masuk ke wilayah dusun sementara waktu.

“Untuk konteks pencegahan penyebaran Covid-19 tentu sangat bagus. Masyarakat sudah paham sudah mulai hati-hati terhadap pendatang dari wilayah terpapar. Sekali lagi bukan membatasi diri tapi demi kesehatan bersama. Jangan sampai covid masuk ke dusun,” ujarnya.

Salah satu Dusun yang menerapkan lock down adalah Dusun Randu Hargobinangun Pakem. Warga dusun ini menerapkan dua pintu untuk masuk sisi dalam perkampungan. Pengunjung wajib melintas melalui pintu sisi selatan.

Ketua RT 01 Wantoro menuturkan pembuatan akses pintu adalah inisiatif warga RT 01 dan RT 02, RW 23. Dibuat secara mandiri, akses pintu telah telah berlaku sejak Kamis (26/3). Seluruh pendatang wajib melaporkan identitas dan tujuan kunjungan.

“Kami tidak menutup seluruhnya, masih ada 2 pintu masuk di arah selatan. Tapi sudah ada yang berjaga disana, terutama saat malam hari. Termasuk menyemprotkan disinfektan. Siang juga ada yang jaga, bergantian,” katanya.

Pria berusia 39 tahun ini tak menampik ada kekhawatiran lonjakan perantau. Bukan bermaksud melarang kepulangan tapi sebagai wujud preventif. Wantoro ingin kesadaran masyarakat meningkat. 

Peran penanganan penyebaran Covid-19 adalah tanggung jawab bersama.

Tercatat ada 11 keluarga di wilayah ini yang merantau di wilayah Jabodetabek. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sejumlah wilayah ini masuk dalam zona merah Covid-19. Inilah yang menjadi pertimbangan warga menerapkan lockdown akses masuk. 

“Keluarga disini juga sudah mengirimkan foto ke perantau, alhamdulilah maksud dan tujuan tersampaikan. Jadi untuk warga kami yg merantau di luar kota untuk menunda dulu kedatangannya sampai kejadian luar biasa virus korona ini selesai,” pintanya. (dwi/tif)