SLEMAN – Dua kabupaten penyumbang beras terbesar di DIJ, yakni Sleman dan Bantul, diklaim mengalami surplus beras. Di Sleman, Bupati Sleman Sri Purnomo menyatakan, selama 2017 dinas pertanian perikanan dan pangan (DP3) mencatat panen beras mengalami surplus hingga 120 ribu ton.

Sedangkan Kepala Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (Dipertautkan) Bantul Pulung Haryadi menyebut surplus beras pada musim panen Desember tahun lalu mencapai mencapai 10.170 ton. Hasil ini diperoleh dari sawah seluas 2.506 hektare melalui program Upaya Khusus Padi, Jagung, dan Kedelai (pajale) dari Kementerian Pertanian.

Data di atas kertas ternyata tak berbanding lurus dengan kenyataan di lapangan. Buktinya, harga komoditas kebutuhan pokok itu justru mengalami kenaikan. Tak hanya itu, stok beras di pasar pun mulai langka. Sebagian pedagang beras pun masih mengandalkan pasokan dari luar DIJ.

Kristi Ernawati, pedagang beras asal Dusun Tluren, Tirtomulyo, Kretek, Bantul mengungkapkan, selama beberapa bulan terakhir kerap mengandalkan pasokan beras dari Sragen, Jawa Tengah. Ini karena sebagian wilayah Bantul selatan belum memasuki musim panen. “Kabarnya sebulan lagi baru mulai panen,” ungkapnya kemarin (11/1).

Menurut Kris, sapaannya, pedagang beras skala besar, termasuk dirinya, mengulak barang di koperasi untuk dijual lagi. Nah, biasanya, koperasi tempat kulakannya di wilayah Kretek mendatangkan pasokan beras dari luar Bantul karena suplai hasil panen petani lokal sangat terbatas. Sementara perputaran beras di Kretek dan sekitarnya sangat tinggi.” Pedagang di Pasar Angkruksari (Kretek) dan Celep (Sanden) juga pesan kepada saya,” ucap Kris.

Ada beragam jenis beras yang dikulak dan dijual lagi oleh Kris. Di antaranya, Bramu, IR, dan Menthik Wangi. Biasanya, Kris hanya mengambil keuntungan Rp 500 per kilogramnya.

“Tiap kilogramnya, Menthik Wangi beli Rp 12.500, IR 64 Rp 9.500, dan Menthik Bramu Rp 11,500,” sebutnya.

Hal senada diungkapkan Umar Sakti, pedagang beras di wilayah Bangunharjo, Sewon. “Suplai beras belakangan ini sedikit seret. Kalaupun ada, harganya naik. Sekarang lagi mahal-mahalnya,” keluh Umar.

Staf Dinas Perdagangan Bantul Sigit membenarkan jika harga beras di beberapa pasar rakyat mengalami kenaikan dalam sebulan terakhir ini. Merujuk survei harga di Pasar Niten kemarin, beras jenis IR 1 Rp 12.000 per Kg. Padahal, biasanya di kisaran Rp 10.000. Begitu pula dengan beras jenis IR 2. Dari semula di kisaran Rp 8.500 – Rp 9000 per Kg, kini menyentuh angka Rp 11.500. “Kenaikannya bertahap sejak awal pergantian tahun lalu,” katanya.

Terkait penyebab kenaikan harga dan seretnya suplai beras, Sigit menengarai, siklon tropis Cempaka yang menerjang sebagian wilayah Bantul turut menjadi penyebabnya. Tidak sedikit area persawahan yang terendam air.

Kendati demikian, Sigit mengklaim stok beras di wilayah Bantul aman. Walaupun sebagian pedagang mengandalkan suplai dari luar daerah.

Kenaikan harga beras juga terjadi di wilayah Sleman. Hal itu dibenarkan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sleman Tri Endah Yitnani. Menurutnya, kondisi itu sebagai dampak masa panen yang tidak seragam. “Naik sekitar lima persen,” ungkap Endah kemarin.

Dirincikan, beras jenis IR 1 naik dari Rp 10.383 menjadi Rp 10.880. Sedangkan IR 2 naik menjadi Rp 10.025 dari sebelumnya Rp 9.676. Kondisi tersebut berdasarkan pantauan di enam pasar tradisional, yakni Sleman, Godean, Tempel, Pakem, Gamping, dan Condongcatur. Namun, Tri Endah optimistis kondisi tersebut berlangsung hanya sebentar. Alasannya, beberapa wilayah saat ini mulai memasuki masa panen. “Stok masih aman,” ujarnya.

Kenaikan harga dan kelangkaan beras juga terjadi di Kota Jogja. Di Pasar Gading, Jogja, misalnya. Prapti, salah seorang penjual sembako, mengungkapkan, stok beras jenis C4 saat ini habis. Demikian pula menthik wangi dan raja lele. “Belum ada stok karena memang dari produsennya habis,” ungkap pemilik Kios Bu Prapti. Hal itulah yang mendorong Pemkot Jogja menggelar operasi pasar beberapa waktu lalu. Operasi pasar yang digelar ternyata tak mampu membendung lonjakan harga beras.

Kabid Perdagangan Disperindag Kota Jogja Sri Harnani mengatakan, beras premium jenis C4 naik berkisar Rp 1.000 – Rp 2.000 per kilogram. “Kalau jenis IR 1 dan IR 2 relatif stabil di kisaran Rp 11 ribu per kilogram,” ungkapnya.(zam/dwi/ita/yog)