RADARJOGJA.CO.ID – Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jogja terus melebarkan amal usahanya. Tak hanya mendirikan SPBU di Jalan Wates Jogja dan membeli sebuah rumah sakit di Kecamatan Ngemplak Sleman, pada 2015 PT Muhammadiyah tersebut ternyata mengambil alih sebuah lembaga keuangan yang ada di Bukittinggi, Sumatera Barat. Yakni, Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Carana Kiat Andalas.
Langkah akuisisi ini dilakukan UAD setelah mendapatkan kabar bahwa BPRS tersebut sedang mengalami masalah likuiditas. Tak ingin BPRS yang berada di Jalan Simpang Ampek Padang Luar, Agam, Sumatera Barat gulung tikar. UAD pun memutuskan mengambil alih BPRS Carana Kiat Andalas. Caranya dengan cara memberikan suntikan modal, deposito, dan bantuan manajemen.
Suntikan modal yang diberikan UAD kepada BPRS Carana Kiat Andalas pada tahap pertama sebesar Rp 550 juta. Kemudian tahap kedua sebesar Rp 900 juta. Sehingga total modal usaha yang diberikan UAD sebanyak Rp 1,55 miliar. Suntikan modal ini membuat CAR BPRS Carana Kiat Andalas membaik, meningkat menjadi 9 persen.
“Berkat bantuan UAD, BPRS Caraka Kiat Andalas sekarang menjadi lebih sehat dan telah menghasilkan keuntungan,” kata Direktur Utama BPRS Carana Kiat Andalas, Yayan Adi Saputra saat menerima rombongan UAD yang dipimpin oleh Wakil Rektor II UAD Safar Nasir didampingi Wakil Rektor III Ahmad Fadlil dan Humas UAD Hadi Suyono, Kamis (15/2/2018) lalu.
Yayan menerangkan, pada Tahun 2015 BPRS Carana Kiat Andalas mengalami kerugian sebesar Rp 500 juta. Namun, setelah ada upaya penyelamatan yang dilakukan UAD pada Tahun 2016 kerugian yang diderita mengalami penurunan menjadi sebesar Rp 131 juta. Bahkan, pada Tahun 2017 kerugian semakin sedikit yaitu sekitar Rp 125 juta dan pada Tahun 2018 ini diprediksi sudah akan mendapatkan keuntungan. “Per tanggal 31 Januari 2018 sudah ada keuntungan sebesar Rp 45 juta,” terang Yayan.
Wakil Rektor II UAD, Syafar Nasir mengatakan, UAD tidak sekadar memberikan bantuan modal tapi ikut memikirkan manajemen agar BPRS Carana Kiat Andalas semakin membaik. Meski UAD tak berada di satu kota tapi setiap bulan UAD terus memantau perkembangan BPRS tersebut. Ia pun meminta kepada manajemen memperluas jaringan dengan menyasar warga Muhammadiyah yang ada di lembaga pendidikan, rumah sakit dan pimpinan Asiyiyah dan tentunya masyarakat. Terbukti, saat ini BPRS tersebut telah memiliki lebih dari 2.000 nasabah dan 20 persen di antaranya merupakan warga Muhammadiyah.
“UAD memutuskan mengambil alih BPRS ini karena BPRS ini memiliki misi sosial yaitu memerangi rentenir, menciptakan lapangan pekerjaan, dan menghidupkan usaha mikro. Manfaat ekonomi, hasil dari BPRS Caraka Kiat Andalas bisa memberikan bantuan kepada mahasiswa berupa penurunan uang SPP,” terang Syafar. (mar)