UMUMNYA penamaan jalan di Indonesia diambil dari tokoh maupun pejuang yang memiliki nama besar. Namun, tidak demikian dengan sebuah jalan yang cukup ternama di Jogjakarta.

Jalan Ibu Ruswo. Sebuah jalan di Prawirodirjan, Gondomanan, Jogja justru identik dengan keberadaan aneka kuliner di kota gudeg ini. Tidak begitu banyak buku-buku yang mengupas tentang Ibu Ruswo semasa revolusi pascakemerdekaan RI.

“Ibu Ruswo seorang rakyat kecil, namun sebagian besar hidupnya diabdikan untuk negara ini,” kata peneliti utama Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DIJ Sri Retna Astuti, 65, ditemui di kantornya, Rabu (28/2).

Retna yang pernah berkecimpung melakukan penelitian terhadap perjuangan Ibu Ruswo, mengakui cukup minim menemukan data-data berkaitan tentang sosoknya. Termasuk sumber data seperti foto dan peninggalan dari Ibu Ruswo.

“Digambarkan Ibu Ruswo berbadan gemuk, gemar memakai kebaya, dan sanggul seperti masyarakat Jawa pada umumnya,” ungkapnya.

Ibu Ruswo lahir pada 1905 dengan nama Kusnah. Setelah menikah, tertera nama suami Nyi Kusnah Ruswo Prawiroseno. Setelah menikah ini, namanya lebih banyak dikenal dengan sebutan Ibu Ruswo. Semasa hidupnya, Ibu Ruswo tidak dikaruniai anak.

Pada agresi militer Belanda II, termasuk peristiwa Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949, Ibu Ruswo memiliki peran penting dalam mengordinasi dapur umum dan bertindak sebagai kurir. Ketika itu, kediamannya dijadikan Pos Komando SWK 01 sekaligus dapur umum.

Peran Ibu Ruswo sebagai kurir juga terbantu oleh suami yang merupakan pegawai di Kantor Pos. Pesan-pesan dari penjuang kerap disampaikan kepada Ibu Ruswo melalui suaminya.

Ketika itu Ibu Ruswo bersama suami aktif dalam pengumpulan laporan dan informasi dengan komando TNI. Sedangkan Pak Ruswo, dengan sepeda onthel aktif membawa pesan surat penting yang diberikan Jenderal Sudirman kepada Letkol Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Komandan WK III.

“Agar aman surat itu disimpan di dalam stang,” ungkapnya.

Dia menuturkan, Ibu Ruswo merupakan prajurit perempuan yang cukup menonjol di Kota Jogja. Saat agresi militer, di sejumlah kabupaten yang ada di Jogjakarta, juga memiliki tokoh-tokoh prajurit perempuan. “Ketika itu biasanya istri-istri kepala desa memiliki peran membantu perjuangan,” jelasnya.

Ibu Ruswo cukup aktif dalam perjuangan setelah menikah pada 1921. Ketika itu, Ibu Ruswo aktif dalam berbagai organisasi kepanduan dan perjuangan. Dituturkan, Ibu Ruswo, kerap kali hampir tertangkap oleh Belanda.

“Ketika itu Pak Ruswo yang cukup ulet berkamuflase dalam perjuangan, sehingga beliau lolos dari jerat Belanda,” katanya.

Selain masa agresi militer, Ibu Ruswo juga terbilang aktif dalam perjuangan sebelum kemerdekaan seperti keterlibatannya dalam INPO (Indonesische Nationale Padvinders Organisate) di 1928. Pada masa kedudukan Jepang, dia berjuang dalam Badan Pembantu Prajurit (BPP).

Dikatakan pejuang yang dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kusumanegara itu, merupakan sosok yang cukup relevan dijadikan contoh. Sebelum wafat pada 1960, Ibu Ruswo mendapat anugrah Bintang Gerilya dari Pemerintah RI.

Tokoh lain yang juga memiliki jasa besar adalah Dukuh Bibis Hardjowiyadi. Di kediamannya terdapat Monumen Bibis, sebuah tetenger yang menyatakan bahwa rumah itu dipakai oleh Letkol Soeharto untuk menyusun strategi gerilya.

Monumen Bibis ini terletak di Desa Bibis, Kasihan, Bantul. Menurut cerita sang ahli waris bangunan ini Sumirah, rumah ayahnya yang saat ini menjadi museum juga menjadi tempat istirahat dan makan pagi para tentara Indonesia.

“Bangunan yang menjadi Museum Bibis ini juga dipakai untuk tempat berlindung perempuan dan anak-anak karena para suami dan ayah mereka ikut untuk kerja paksa. Jadi ibu-ibu yang punya anak berlindung kepada pak Dukuh,” jelas Sumirah ditemui Rabu (28/2).

Sumirah menjelaskan pula bagaimana cara makan rakyat yang berlindung dibawah naungan Hardjowiyadi saat itu. Mereka mengolah hasil pertanian dan meminta bantuan kepada orang-orang kaya kala itu. “Waktu itu kira-kira membutuhkan sekitar 50 kilogram padi untuk dikomsumsi warga yang berlindung dan tentara yang berjuang,” ungkapnya. (bhn/mg1/ila)