SLEMAN- Menghadapi tahun politik tahun 2018 dan 2019 mendatang mulai direspon para pemuka agama di Sleman. Untuk menjaga kondusivitas dan tidak terjadinya perpecahan di kalangan masyarakat yang berbeda pilihan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Dewan Masjid Indonesia (MUI) Kabupaten Sleman menggelar pertemua dengan para pengurus takmir masjid. Acara yang dikemas dalam bentuk sarasehan ini dilaksanakan di Masjid Besar Kota Sleman Rabu (28/3) kemarin.
Ada 50 perwakilan takmir masjid dari berbagai wilayah di Sleman yang hadir dalam sarasehan ini. Sarasehan diisi dengan penyampaian materi oleh Ketua DMI Kabupaten Sleman Drs. H. Parwoto, MM dan Ketua MUI Kabupaten Sleman KH. Dr. Syakir Aly, M.Si. Acara ini juga dalam rangka mensosialisasikan surat edaran MUI DIY nomor A-158/MUI-DIY/III/2018 tentang Himbauan MUI kepada seluruh Takmir Masjid se-wilayah DIY.
Imbauan ini berisi tentang takmir masjid diminta untuk menjaga kerukunan umat beragama dan toleransi serta menjaga persatuan dan kesatuan NKRI, menjaga masjid untuk tidak termasuki kegiatan radikalisme, terorisme serta politik praktis yang merugikan umat islam dan menjaga masjid dari pencemarah yang memberikan materi cenderung provokatif dan mengajak para ujaran kebencian atau sara.
Di akhir acara, para pengurus takmir ini juga bersama-sama menyatakan sikap yang isinya seperti yang tertuang dalam surat edaran MUI. Penyampaian sikap dipimpin oleh Sekretaris MUI Kabupaten Sleman H. Arif Mahfud, S.Pd.
Dalam sesi sarasehan Parwoto menyampaikan islam adalah Negara damai. Tidak ada satupun ulama di di dunia yang menghalalkan tindakan radikalisme, terorisme dan anarkisme. “Kalau kemudian ada umat yang berperilaku seperti itu, berarti ada pemahaman yang salah dalam memahami ajaran agama,” ujar Parwoto.
Dijelaskan, munculnya generasi muda yang tidak memahami agama dengan sebenarnya, dan bependapat banyak pemangku pemerintahan yang tidak menjalankan hukum Allah layak untuk diperingati merupakan pemahaman yang tidak tepat. Bahkan, kemudian cenderung berkeinginan untuk membelot dan melakukan penggulingan kekuasaan adalah tindakan yang keliru. “Terlepas apakah aksi mereka didasari penafsiran agama yang salah atau semata-mata karena niat duniawi, tetap saja aksi mereka secara tegas disebut sebagai pemberontakan atau aksi terorisme. Ingat banyak kekacauan di negara arab sana yang karena adanya pemahaman agama yang sempit,” tuturnya.
Syakir Aly menegaskan islam diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW membawa pesan rahmatan lil alamin. Ini yang kemudian menjadikan banyak penganut agama dan kepercayaan lain mau masuk ke islam karena ajaran yang disampaikan nabi. “Makanya dulu banyak orang nasrani dan yahudi yang kemudian memeluk islam karena cara dakwah Nabi yang mampu menaungi semua umat agama,” ujar Syakir.
Selain itu, konsep islam rahmatan lil alamin ini juga juga menjawab tantangan kondisi peradaban jahiliyah bangsa arab pada waktu itu. “Kalau umat sebelum nabi Muhammad, kalau tidak dengan perintah Allah SWT yang diberikan balasan dengan dimusnahkan. Nah, setelah Muhammad diturunkan ini berbeda sehingga kita harus bisa mengawal pesan rahmatan lil alamin yang diajarkannya,” pesannya. (sam/mg1)