JOGJA – Dimulai sejak 6 April (2018) lalu, kegiatan pemberdayaan anak-anak bertajuk “JOGJASDGS for Primary Education” berhasil mengumpulkan sedikitnya delapan komunitas lokal yang bergerak di berbagai bidang. Selanjutnya, mereka terjun langsung ke masyarakat dalam menyelaraskan pengetahuan terkait Sustainable Development Goals (SDGs) dengan isu yang didukungnya.
Diinisiasi oleh JOGJA SDGs, kegiatan tahun ini mendapatkan dukungan dari Arizona State University, Amerika Serikat. Dukungan tersebut sebagai wujud dari persamaan visi terkait konstribusi sosial.
Ketua Kegiatan JOGJA SDGs for Primary Education, Imam Kurniawan mengatakan,
peserta dari kegiatan ini anak-anak usia sekolah dasar (SD) yang berada pada lokasi binaan yang telah dikelola oleh komunitas lokal yang turut berpartisipasi.
Dicontohkan pada Jumat (27/4) lalu, kegiatan dilaksanakan di Dusun Kricak Kidul, Jogja yang murapakan lokasi binaan dari Yayasan Rumah Impian. “Kegiatan ini dilakukan untuk mengenalkan apa yang dimaksud dengan SDGs dalam wujud yang lebih mudah dipahami, dan menyenangkan, dengan menggunakan media interaktif kepada anak-anak usia SD,” katanya.
Media interaktif yang digunakan, antara lain berupa puzzle dan monopoli. Ini untuk merangsang keingintahuan dan kesadaran anak-anak mengenai substansi kegiatan (SDGs) tanpa harus merasa seperti belajar di sekolah. “Dan ini sekaligus mengasah kemampuan anak berbicara di depan umum, dan kepemimpinannya,” tandasnya.
Komunitas-komunitas lokal yang sudah terlibat dalam JOGJA SDGs tersebut, antara lain Pemuda Tata Ruang, Komunitas Kantong Pintar, Cagar Budaya ID, Nada Bicara, Kemanteer, Center for Indonesian Medical Students’ Activites in Universitas Gadjah Mada, Yayasan Rumah Impian, dan Yayasan Bintang Kidul.
“Terselenggaranya JOGJA SDGs for Primary Education tahun ini, menjadi bukti nyata bahwa ide global seperti SDGs dapat selaras dengan isu lokal yang diusung oleh delapan komunitas, dan mampu disosialisasikan secara menyenangkan bagi anak-anak,” jelasnya.
Menurutnya, hal tersebut menjadi aset besar bagi bangsa untuk mempersiapkan generasi muda yang sadar SDGs sejak dini, guna mendukung pembangunan masyarakat di Indonesia.
Kegiatan yang sama akan diadakan rutin sebulan dua kali, yakni setiap minggu kedua dan keempat hingga Oktober mendatang. Kegiatan diselenggarakan dengan metodologi sister community, dimana delapan komunitas lokal yang bergerak sebagai fasilitator dapat berkesempatan berkolaborasi dengan isu yang didukung oleh komunitas lainnya dalam satu kali kegiatan.
“Sehingga memberikan ruang pembelajaran dan eksperimen bagi para komunitas lokal untuk turut bertukar pandangan dan pendapat terkait isu-isu yang didukung dalam kerangka sosialisasi SDGs kepada anak-anak,” tuturnya.
Target yang ingin dicapai, antara lain terwujudnya kolaborasi aktif dari delapan komunitas yang mewakili isu-isu lokal yang menjadi perhatian dari masyarakat Jogja dalam kerangka besar SDGs, dan terciptanya inkubasi kepemimpinan bagi anak-anak sekolah dasar dalam kesadarannya terhadap pentingnya SDGs.
“Diharapakan, kegiatan ini dapat terlaksana secara berkelanjutan dan mampu menjadi pilot project dari kegiatan lainnya yang bertujuan mencetak kesadaran lebih awal terhadap ide global bagi para generasi muda penerus bangsa,” tandasnya. Untuk info lebih lanjut dapat dilihat melalui media sosial resmi JOGJA SDGs: Instagram (@jogjasdgs), surat eletronik ([email protected]). (obi/mg1)