Mahasiswa itu adalah M Rifqi Al-Ghifari (Kimia 2014), Bagas Ikhsan Pratomo (Kimia 2014), Charlis Ongkho (Teknik Fisika 2015) dan M. Ilham Romadon (Akuntansi 2015). Mereka tergabung dalam kelompok riset Super C6. Inovasi tersebut merupakan hasil penelitian mereka tentang limbah tambang.
Ketua Tim Super C6 Rifqi Al-Ghifari menjelaskan, inovasi ini awalnya merupakan program kuliah kerja nyata (KKN) mereka di Maluku, tahun lalu. “Banyak program KKN yang tidak berlanjut setelah kembali ke dunia kampus, kan sayang. Jadi kami manfaatkan lagi di Jogja,” jelasnya kepada wartawan di Kantor Humas UGM, Jumat (25/5)
Amin, sapaannya, menambahkan adanya keprihatinan pula terhadap banyaknya limbah merkuri di kawasan pertambangan emas rakyat. Seperti di Desa Kalirejo, Kokap, Kulonprogo, yang menggunakan merkuri untuk memisahkan emas dari material lainnya.
“Sementara itu pengelolaan limbah merkuri dari kegiatan penambangan belum dilakukan dengan baik, hanya ditampung di kolam,” ujarnya.
Cara penampungan di kolam itu dengan mendiamkan air limbah. Selanjutnya air di kolam dialirkan ke kolam lain untuk didiamkan lagi, barulah dibuang ke lingkungan sekitar. Amin menyatakan, dari proses pengendapan itu tidak mengurangi kadar merkurinya.
Sedangkan produk inovasi mereka mengaplikasikan material karbon magnetik ke dalam air limbah. “Kami ambil sampel dari kawasan tambang emas Kalirejo, Kulonprogo,” terangnya.
Pengikat merkuri dibuat dengan menggunakan material yang mudah dijumpai masyarakat, yakni limbah kayu jati dari pabrik mebel. “Kayu jati dikeringkan, dibakar sampai 900 derajat, baru jadi karbon,” jelas Bagas. Hasilnya, produk ini mampu menyerap merkuri hingga 0,001 mm per gram karbon aktif.
Hingga saat ini Tim Super C6 masih melakukan pengembangan produk dan berencana mematenkan inovasi itu. “Sedang mencari investor dan mitra yang mau diajak kerja sama,” harapnya. (laz/mg1)