Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Playen, Gunungkidul menyandang predikat sekolah Adiwiyata Nasional 2017. Penghargaan diberikan Menteri Pendidikan Nasional Muhadjir Effendy serta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya pada 8 Desember 2017.
Sukses itu tak lepas dari keberhasilan mengelola bank sampah sekolah menjadi objek pembelajaran mata pelajaran ekonomi. Siswa diajarkan menghitung penghasilan bank sampah sekolah. Materi itu disampaikan guru mata pelajaran ekonomi Fadmiyati yang juga menjabat kepala SMAN 2 Playen.
“Semua mata pelajaran terintegrasi dengan program Sekolah Adiwiyata,” terang Fadmiyati Senin (4/6).
Misalnya mata pelajaran seni tari. Siswa diajak keluar kelas kemudian memerhatikan gerakan daun dan dahan. Setelah itu, mereka dimint menirukan dengan teknik tari yang diajarkan. Hasilnya terciptaa tarian bernama Bledeg Mandala. Tarian itu sebagai wujud perpaduan seni tari dengan alam diiringi musik tradisional dan modern.
Sebelum Sekolah Adiwiyata Nasional, penghargaan tingkat kabupaten dan provinsi lebih dulu diraih pada 2015 dan 2016. Delapan tahun silam SMAN 2 Playen juga meraih penghargaan Sekolah Peduli Lingkungan 2010.
Sekolah yang berada di tepi jalan utama menuju Kota Wonosari itu punya program unggulan berupa satuan petugas (satgas) yang menghidupkan bank sampah. Dengan satgas tersebut pemilihan sampah dapat berjalan dengan optimal. Sekolah ini juga punya kebun naga dengan jumlah tanaman sebanyak 1.250 pohon.
Selain itu, setiap kelas memiliki tanaman buah maupun sayur. Tanaman itu nantinya dijual ketika panen tiba. Guru juga berpartisipasi menaman cabai. SMAN 2 Playen juga didukung lahan seluas 3 hektare. Tanaman yang ditanam di antaranya pohom jati. Rencananya lahan itu menjadi hutan sekolah guna menunjang paru-paru kota.
Fadmiyati menambahkan, tahun ini akan melanjutkan program menjadi Sekolah Adiwiyata Mandiri. Setelah nantinya tercapai, masih ada perjuangan berikutnya. Dia ingin sekolahnya bisa berbicara di level Asia Tenggara (Asean). “Kami ingin mendapatkan pengakuan sebagai sekolah eco green,” jelasnya.
Fatmiyati mengatakan, eco green adalah sekolah yang peduli dengan lingkungan. Tidak hanya fisik, tapi juga meluas ke masyarakat. Hutan sekolah yang sekarang telah disiapkan akan mendukung sekolah meraih eco green.
Ketua Sekolah Adiwiyata SMAN 2 Playen Amin Sabarti menceritakan, penghargaan Adiwiyata Nasional berhasil diraih berkat dukungan dan partisipasi banyak pihak. Baik internal maupun eksternal. Di samping siswa dan komite sekolah, pihaknya juga mendapatkan dukungan dari Kodim 0730 Gunungkidul dan Pemerintah Desa Logandeng, Playen. “Semua pemangku kepentingan dilibatkan,” kata Amin.
Saat ini di sekolahnya juga menanam puluhan tanaman langka. Di antaranya, pohon damar, cendana, mundu, pule, asem jawa, kelor dan masih banyak lagi. Beragam pohon itu ada yang tumbuh subur. Namun demikan, ada juga yang membutuhkan perawatan. Salah satunya pohon mundu.
Dengan adanya tanaman langka, kata Amin, siswa-siswa SMAN 2 Playen menjadi paham akan manfaatnya bagi kesehatan. Mundu, misalnya, bagus untuk melancarkan pencernaaan pada tubuh manusia. “Sekarang pohon mundu sudah sulit dijumpai. Namun di SMA N 2 Playen ada dan kami lindungi,” ujarnya.
Contoh tanaman langka lainnya adalah buah Lo. Tidak banyak orang tahu nama Desa Logandeng sebenarnya diambil dari nama buah Lo. Kemudian menjadi Logandeng karena pada saat itu terdapat dua pohon Lo yang tumbuh secara berdampingan. “Kami ingin SMA N 2 Playen menjadi sumber penelitian tanaman langka. Anak didik kami menjadi siswa yang peduli lingkungan,” ucapnya.
Tidak berhenti di situ. Di belakang gedung sekolah terdapat sungai. Kini sungai telah dibersihkan dan ditaburi benih ikan.” Kami juga membuat kapal dengan bahan dasar botol bekas minuman air mineral,” ujarnya. (gun/kus/mg1)