RENCANA pembangunan jangka menengah Pemkot Jogja berbeda dengan lima tahun lalu. Jika dalam lima tahun silam pemkot lebih fokus untuk memenuhi kebutuhan dasar warganya seperti kesehatan dan pendidikan, lima tahun ke depan sudah mencapai ke kualitas kotanya.
Pembangunan kota agar lebih berkualitas ini pun tak hanya dalam angan-angan. Pelan tapi pasti, pemkot sudah mulai menggarap manusia dan fisik infrastruktur. Mulai dari pembangunan manusia dalam gerakan gandeng-gendong, sampai rencana pembangunan Creative Center.
Wali Kota Haryadi Suyuti menjelaskan, sebagai kota jasa, warganya harus memiliki kompetensi. Ini agar mereka bisa bersaing dengan sumber daya manusia (SDM) dari luar Kota Jogja.
“Itu yang kemudian melatarbelakangi gandeng-gendong. Gerakan ini bertujuan agar bisa mendorong masyarakat yang kurang mampu bisa bersaing,” tandas HS.
Untuk menggandeng dan menggendong warga kurang mampu ini, tak sekedar tagline. Swasta mereka libatkan. Dari mulai pemberian pinjaman lunak untuk UMKM, sampai jaminan kesehatan bagi pekerja di UMKM.
“Sangat banyak. Bagi warga yang memang tidak mampu ya digendong. Bentuknya bisa dengan pemberian-pemberian jaminan sosial. Yang kemudian, mereka bisa fokus untuk mengembangkan kompetensinya,” katanya.
Wakil Wali Kota Heroe Poerwadi mengatakan, SDM di Kota Jogja sebenarnya sudah banyak yang bersaing di tingkat internasional. Tapi, mereka ini tidak tergarap dengan baik. Tak ada koordinasi agar kompetensi SDM unggul ini bisa banyak ditularkan.
“Untuk itu ada program gandeng dan gendong. SDM yang unggul harus mau untuk berbagi. Baik dari sisi ilmu maupun materi. Masak maju-maju sendiri. Akan sangat nikmat jika maju itu maju bersama-sama,” katanya.
Selain dengan gandeng dan gendong, lanjut HP, sapaan akrabnya, pemkot tahun ini sedang mengkaji untuk membuat Creative Center. Sebuah gedung yang mampu mengakomodasi industri kreatif. Baik dari sisi perizinan, pengepakan, sampai penjualan.
Di Creative Center tersebut, pelaku industri kreatif akan mendapatkan berbagai kemudahan, sehingga mereka bisa bersaing terhadap produknya tersebut.
“Pangsa pasar industri kreatif ini sebenarnya sangat besar. Wisatawan yang berkunjung ke Jogja salah satunya. Barang untuk mereka seharusnya bisa kita produksi. Bukan mendatangkan dari daerah lain,” katanya.
Pasar lain tentunya dari internet. Ke depan, di Creatiive Center tersebut, bisa langsung memasarkan melalui jasa internet. Agar produk industri kreatif ini bisa sampai ke penjual.
“Soal transaksi pembayaran, kami akan lakukan pendampingan. Jadi, jika ada pelaku industri kreatif moncer ya bisa menularkan ke yang lain. Bukan malah jatuh karena transaksi yang menyulitkan,” imbuhnya. (adv)