Tak Mengenal Tanggal Merah, Libur Hanya saat Lepas Piket
Kecelakaan lalu lintas selalu terjadi setiap musim mudik Lebaran. Orang sakit pun tak bisa dihindari. Itulah yang membuat petugas Public Safety Center (PSC) 119 tetap sibuk saat Lebaran.
HERU PRATOMO, Jogja
TETAP bekerja saat Hari Raya Idul Fitri bukan hal baru bagi Fajar Nugroho. Sebagai sopir ambulans PSC 119 milik Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja, Fajar dituntut selalu siaga 24 jam nonstop setiap hari. Tak bisa menikmati libur Lebaran menjadi salah satu konsekuensinya. “Sudah biasa, malah kalau Lebaran panggilan bisa lebih sering,” ujarnya kepada Radar Jogja di sela bertugas.
Beruntung, keluarga besar Fajar sangat memahami profesinya. Terlebih sang istri, Bina Yulniawati, berprofesi sebagai perawat di Palang Merah Indonesia (PMI) DIJ. Tak jarang keduanya sama-sama sibuk bertugas saat libur Lebaran. Makanya, sudah lazim bagi Fajar dan istrinya tak bisa berkumpul keluarga pada hari-H Lebaran. “Keluarga sudah paham, silaturahmi diganti sore atau keesokan harinya,” jelas dia.
Setiap hari PSC 119 menyiagakan empat dokter dan delapan paramedis, serta delapan sopir ambulans. Mereka terbagi tiga shift dengan dua kendaraan ambulans operasional. Selain melayani panggilan kedaruratan seperti korban kecelakaan lalu lintas, PSC 119 menangani pasien berpenyakit akut. Serangan jantung dan stroke paling sering ditangani. “Mungkin para pasien terlalu capai perjalanan jauh saat mudik,” katanya.
Saat Lebaran, menurut Fajar, panggilan darurat lebih banyak dari keluarga pasien dua penyakit yang berpotensi fatal jika tak segera tertangani itu.
Kemacetan lalu lintas menjadi tantangan tersendiri bagi Fajar. Apalagi saat libur Lebaran. Instingnya harus kuat. Untuk mencari celah jalur tercepat menuju rumah sakit terdekat dari rumah pasien atau lokasi kecelakaan. Fajar mengaku pernah mengendarai ambulans dari kompleks Balai Kota Jogja menuju kawasan Plengkung Gading hanya 10 menit. “Tapi itu saat dalam kondisi normal, jika lalu lintas ramai seperti saat libur Lebaran durasinya bisa tambah lama,” katanya.
Jika lalu lintas crowded, petugas piket PSC 119 tak langsung bergerak begitu menerima panggilan darurat. Tapi lebih dulu berkoordinasi dengan penyedia layanan ambulans lain, yang paling memungkinkan atau bisa lebih cepat sampai di lokasi kejadian. “Itu juga tergantung kondisi pasien, tapi kalau mentok semua tidak bisa, kami berangkat sendiri,” ungkapnya.
Soal penanganan pasien kegawatdaruratan, Kepala UPT PSC 119 dr Nanda optimistis bisa lebih maksimal. Terlebih saat ini PSC 119 baru saja mendapatkan ambulans baru. Armada paling anyar itu layaknya mini intensive care unit (ICU) karena sudah dilengkapi oksigen, automatic external defibrillator (AED) atau alat kejut jantung, dan vaccum.
“Cuma kurang ventilator karena keterbatasan ruang kendaraan, tapi ambulans ini sudah cukup untuk melakukan stabilisasi pasien,” jelasnya.
Ihwal petugas PSC 119 yang tetap beroperasi saat libur Lebaran, menurut Nanda, sudah menjadi standar prosedur sejak lembaga tersebut dibentuk pada 2015 lalu. “PSC 119 memang tak pernah libur, termasuk saat Lebaran. Petugas libur ya ketika tidak sedang bertugas,” ungkapnya.(yog/ong)