Tak Pernah Cuti, Bangga Mengatur Lalu Lintas di Udara

Pernah membayangkan seberapa ramainya lalu lintas di udara? Tentu tidak seperti jalanan yang dilalui mobil, motor, dan bus. Dari daratan, yang dilihat di atas hanya bentangan langit dan pesawat yang melintas sesekali. Namun, aktivitas di udara ternyata sama sibuknya seperti di darat.

LATIFA NURINA, Sleman

DALAM dunia penerbangan, keselamatan penumpang tidak hanya bergantung pada pilot dan co-pilot. Ada sosok di balik layar yang mendampinginya. Bertanggung jawab sejak pesawat take-off dan landing. Siapa mereka?

Di dalam ruang yang dingin dengan banyak monitor, para Air Traffic Controller (ATC) AirNav Indonesia tampak serius menatap layar gelap bervisualkan peta buta dengan simbol-simbol radar. Sesekali berbicara di depan mikrofon, menghubungi pilot dengan kode-kode yang hanya dimengerti antarmereka.

Tangannya sembari mengatur mouse untuk mengarahkan rute atau sekadar melihat detail data pesawat. Jam operasional ATC sehari-hari dimulai sejak penerbangan paling awal dan selesai hingga pukul 00.00. Namun, ketika lebaran mereka harus standby 24 jam.

Muhammad Agus Ekananto, selama 18 tahun bekerja menjadi ATC dan sudah enam tahun dia tidak pernah cuti. Apalagi, di posisinya saat ini menjadi junior manager yang mengemban tanggung jawab lebih berat. Tapi bukan masalah baginya, karena dia sangat mencintai profesinya ini.

”Ya namanya tuntutan melayani masyarakat, kalau kami nggak kerja, nanti banyak orang malah nggak jadi mudik,” kelakarnya.

ATC bukanlah profesi maskulin, banyak juga ATC yang perempuan, salah satunya Erlla Dewi Pramesti. Ayahnya yang dulunya juga seorang ATC mengarahkannya untuk mengambil pendidikan di ATKP.

”Tadinya nggak tahu ATC itu apa, baru tahu waktu sekolah,” ungkapnya.

Erlla, sapaannya, sudah menikah dan mempunyai satu anak. Seperti ibu-ibu lain, biasanya sibuk mempersiapkan Lebaran. Namun, kesibukannya tetap mengemban kewajiban mengatur lalu lintas (lalin) udara bukan menjadi halangan. ”Ya kalau sif siang, pagi bisa salat Ied dulu,” katanya.

Meski sudah delapan tahun bekerja menjadi ATC, setiap hari selalu memberi tantangan baru. Bagi Erllan, bisa mengatur dan mendaratkan pesawat adalah suatu kebanggaan.

”Kalau padat, per jam bisa lebih dari seratus pesawat yang diatur. Jadi kalau pesawat sudah landing, kami lega,” jelas Erlan.

Selain Erllan, ada pula Rizka Aprilia Ardhani yang baru dua tahun menjadi ATC. Dia mengaku sedang seru-serunya. Tahun ini pun dia tidak mudik ke rumah orang tuanya di Bali. Gadis kelahiran 18 April 1994 ini merasa sangat bangga dengan pekerjaan ATC dibalik layar meski tidak banyak dikenal. Padahal risikonya sangat tinggi.

Menurutnya yang paling seru adalah ketika harus holding atau menahan antrean pesawat di udara, dengan memberi rute terbaik agar pesawat dapat segera mendarat.

Berbeda dengan Erlan dan Rizka, kebanggaan Agus menjadi ATC terletak pada hal yang sangat sederhana. Namun, menjadi penting karena baginya antarprofesi harus saling menghargai. ”Saya paling bangga kalau pilot bilang maturnuwun, terima kasih, dan thank you,” ungkapnya.

Satu ATC bekerja selama tujuh jam dalam sehari. Untuk perempuan, di wilayah APP hanya ada sif pagi dan siang, misalnya pukul 06.30-14.00. Setiap pagi sebelum bertugas, ATC harus melakukan pemeriksaan kesehatan, tekanan darah, dan cek kadar alkohol. ”Kalau habis minumm alkohol dilarang bertugas, begitu pula jika sedang drop juga tidak boleh bertugas,” tegas Agus.

Setelah itu mereka melakukan sektorisasi radar dahulu.  Yakni pembagian handling lalu lintas pada ketinggian tertentu, upper atau lower.

”Karena kalau pagi traffic ramai, jadi biar nggak crowded,” ungkap Erllan.

Satu kapling control upper maupun lower yang di-handle, memiliki tingkat stress capek dan tingkat kesalahannya tinggi.

Setelah dua jam berkonsentrasi penuh di depan layar monitor, para ATC harus beristirahat minimal 45 menit. Hal ini dilakukan untuk mengurangi stres, relaksasi, dan menghindari kantuk. Mereka disediakan fasilitas untuk beristirahat seperti ruang tidur, perlengkapan pingpong, hingga lapangan voli. ”Biasanya habis dua jam istirahat, balik kerja lagi,” tambah Rizka.

Untuk diketahui, AirNav Indonesia mengelola seluruh ruang udara Indonesia yang dibagi menjadi dua Flight Information Region (FIR) dengan total luas 2.219.629 km2 dan luas wilayah 1.476.049 km2. Yakni di Jakarta untuk wilayah barat dan Makassar untuk wilayah timur. Perharinya mengatur lalu lintas penerbangan yang jumlahnya lebih dari 10.000 pergerakan.

APP atau Approach Control Service mengatur ruang udara dengan ketinggian di luar jarak pandang tower, yakni 4.000 sampai 24.500 kaki. Dari 37 APP AirNav di Indonesia, salah satunya ada di DIJ, dengan jumlah petugas ATC 18 orang. (ila/ong)