JOGJA – Seiring pekerjaan jalur semi pedes-trian di kawasan Malioboro, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Jogja juga sedang menyiapkan kajian ”bundaran besar” Malioboro. Tujuannya untuk membatasi kendaraan bermotor masuk ke Jalan Malioboro.
”Dengan konsep seperti itu maka arus lalu lintas di kawasan tersebut akan seperti jarum jam yang terus berputar,” ujar Kepala Dishub Kota Jogja Wirawan Hario Yudho kemarin (30/6).
Dengan menjadikan sebuah kawasan sebagai bundaran besar yang bersinggungan dengan bundaran besar di kawasan lain, akan menjadi-kan arus lalu lintas terus mengalir. Arus lalu lintas pun diprediksi lancar
Menurutnya, dengan konsep seperti itu akan ada perubahan manajemen lalu lintas di kawasan Malioboro serta jalan-jalan di seki-tarnya. Salah satunya ia menye-but dengan penerapan jalan satu arah pada beberapa ruas jalan pendukung kawasan Malioboro. ”Memang kalau mau lancar se-baiknya dibuat jalan satu arah,” tuturnya.
Tapi ada juga manajemen lalu lintas lain dengan penataan ja-lan sirip Malioboro. Menurut dia, sirip-sirip Jalan Malioboro sebagai pintu masuk dan keluar maupun lalu lintas dari sirip jalan ke timur Malioboro, bisa melintas ke barat.
Dengan konsep itu, mantan camat Gondokusuman ini me-nyebut konsep kepak kupu-kupu. ”Jadi tidak full bundaran besar, tapi ada jalan di sekitarnya yang terus bergerak,” paparnya.
Sejumlah faktor yang juga menjadi pertimbangan dalam menentukan konsep manajemen lalu lintas di Malioboro, di anta-ranya, adalah titik-titik pertum-buhan ekonomi di kawasan itu, termasuk kenyamanan wisata-wan saat berkunjung. Termasuk angkutan umum. ”Yang pasti, kami akan memprioritaskan penggu-naan berbagai moda angkutan umum di kawasan Malioboro,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Dishub Kota Jogja Golkari Made Yulianto mengatakan, beberapa opsi yang muncul dalam kajian adalah memberlakukan bebe-rapa sirip Malioboro sebagai jalur utama searah ke barat, sirip lain-nya serarah ke timur. Dicontohkan Jalan Suryatmajan saat ini sudah dihidupkan untuk kendaraan yang mengarah ke barat, namun hanya sampai depan kantor Ke-patihan atau Gubernur DIJ.
”Mungkin saja nantinya bisa ke barat terus sampai Jalan Pajek-san,” katanya.
Selain sirip Malioboro, sejumlah jalur lainnya yang menjadi bahan kajian untuk diberlakukan searah adalah Jalan Suryotomo dan Jalan Mataram menjadi searah ke timur, Jalan Abu Bakar Ali dan Jalan Pasar Kembang menjadi searah ke barat, dan Jalan Bhayangkara menjadi searah ke selatan.
Dengan demikian kawasan Ma-lioboro akan membentuk seperti bundaran besar. ”Semua masih kami kaji dan hasilnya nanti akan kami bawa ke forum lalu lintas DIJ untuk dibahas kembali,” te-rangnya. (pra/laz/ong)