BANTUL –HUT Bhayangkara tak selalu menjadi agenda milik institusi kepolisian. Buktinya, perayaan HUT-ke-72 Bhayangkara oleh para seniman Jogjakarta Minggu (1/7). Bersastra di Hari Bhayangkara. Begitulah konsep perayaan acara di Watulumbung, Kretek, Bantul, yang turut dihadiri Kapolda DIJ Brigjen Pol Ahmad Dofiri.

Konsep itu dipilih bukan tanpa alasan. Itulah cara seniman menyampaikan masukan bagi polisi selaku aparat pengayom, pelindung, dan pelayan masyarakat.

RADAR JOGJA FILE

“Puisi berasal dari suara masyarakat, isinya harapan, keluhan, dan pujian. Masyarakat bebas menulis, asal tidak mencaci maki,” ungkap Budi Sardjono, salah seorang seniman, kepada Radar Jogja usai acara.

Puisi-puisi yang dibacakan sengaja tidak di sensor. Supaya polisi mendengar harapan masyarakat. Para polisi yang diminta menghadiri acara bukan hanya diminta membacakan puisi. Mereka juga diminta menulis puisi. Hasil karya itu akan diterbitkan menjadi antologi puisi masyarakat dan polisi. Diterbitkan 11 Juli mendatang. “Ini agar kedua belah pihak saling memahami satu sama lain,” jelas Budi.

Dalam kesempatan itu kapolda menyampaikan apresiasinya atas perayaan HUT Bhayangkara yang telah direncanakan lama oleh para seniman Jogjakarta. Inisiatif ini, kata Dofiri, merupakan wujud nyata penghargaan para seniman terhadap Polri. “Inilah istimewanya Jogjakarta,” ujarnya.

Menurut Dofiri, beberapa puisi berisi kritikan pedas kepada polisi. Bagi Dofiri, semua yang disampaikan seniman lewat puisi akan ditampung. Sebagai bahan evaluasi kinerja jajran Polda DIJ ke depan. Sementara bagi jajarannya sendiri, Dofiri mengimbau untuk menerima kritik dengan legawa. “Karena puisi dibawakan oleh seniman, kesannya jadi asyik,” tutur Dofiri.

Kritikan itu, lanjut dia, jadi bahan pelajaran bagi jajarannya untuk tidak alergi terhadap kritik. Dan tidak anti terhadap masukan-masukan yang sifatnya membangun. Demi kebaikan seluruh pihak.

Terpisah, Ketua Panitia Bersastra di Hari Bhayangkara Muhammad Boy Rifai menyambut baik apresiasi kapolda. Dia menganggap hal itu sesuatu yang inspiratif. “Polisi banyak tidak disukai. seniman juga kerap dianggap tidak mudah didekati. Tapi ketika disatukan, polisi dan seniman bersinergi membaca puisi,” ujarnya.(ega/yog/mg1)