BANTUL – Suplai air di sejumlah lahan pertanian mulai terganggu. Di antaranya di Desa Patalan, Jetis. Itu akibat maraknya pembangunan rumah hunian.
”Banyak bangunan baru didirikan tanpa memberikan ruang untuk saluran air,” keluh seorang petani Wisdi Puji Suharyanta saat ditemui di area persawahannya, Rabu (4/7).
Saat musim hujan, petani kelahiran 58 tahun lalu ini melihat, pasokan air tidak begitu terganggu. Kondisi ini berbeda ketika memasuki musim kemarau. Petani kesulitan mencari pasokan air. Sebab, bangunan baru menutup ruang saluran air. Meski, sebagian ada yang sengaja menyediakan saluran drainase di depan rumah.
Problemnya, di atas saluran ini tertutup rapat dengan beton. Akibatnya, petani kesulitan membersihkannya bila saluran tersumbat sampah.
”Sehingga sebagian petani sekarang membangun sumur tancap,” ucapnya.
Problem lain adalah keberadaan hunian baru ini juga dapat memicu banjir. Terutama, saat musim penghujan. Karena itu, Wisdi berharap pendatang memerhatikan pentingnya saluran air saat membangun rumah. Toh, mereka juga menikmati hasil pertanian.
Wisdi juga berharap pemerintah desa maupun pemkab ikut turun tangan melakukan pengawasan.
”Biar sama-sama enak. Petani enak. Toh, hasil pertanian juga untuk mereka,” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Pulung Haryadi mengakui bahwa hunian baru banyak berdiri di atas lahan pertanian. Tak sedikit di antara bangunan itu yang menutup ruang bagi saluran air. Kendati begitu, pengawasannya merupakan tanggung jawab bersama.
”Tanggung jawab kami mengingatkan. Jangan sampai saluran irigasi terganggu,” tegasnya.
Terkait bangunan yang masih menyediakan ruang untuk saluran air, Pulung mengimbau agar desainnya terbuka. Bila tertutup setidaknya didesain dapat dibuka kembali. Itu bertujuan agar sampah yang tersangkut di dalam saluran dapat dibersihkan.
”Masyarakat juga harus sadar bahwa mereka butuh dengan hasil pertanian,” tambahnya. (cr6/zam/mg1)