SLEMAN – Globalisasi harus diimbangi dengan kemampuan berbahasa Inggris. Bahasa Inggris menjadi syarat utama dalam dunia kerja maupun studi lanjut ke luar negeri.

Demikian dikatakan Rektor UIN Sunan Kalijaga Jogja Yudian Wahyudi kemarin. Dia mengatakan hal tersebut dalam seminar Peran Ujian Kemampuan Bahasa Inggris dalam Pengembangan Kapasitas Insan Akademik dan Institusi Pendidikan PTKIN di UIN, Selasa (17/7).

Seminar tersebut merupakan kerja sama UIN dengan Indonesian International Education Foundation (IIEF). Lembaga tersebut merupakan perwakilan Educational Testing Service di Indonesia.

Seminar dihadiri rektor atau pimpinan 57 Perguruan Tinggi Negeri Kementerian Agama se-Indonesia. Menghadirkan pembicara Yudian, Joko Nurkamto (UNS) dan Diana Kartika Jahja (IIEF).

“Seleksi penerimaan mahasiswa, karyawan baru, promosi jabatan, dan beasiswa mensyaratkan kemampuan TOEFL dengan skor tinggi,” ujar Yudian.

Menurut Yudian, beasiswa untuk 5,000 calon doktor dan mahasiswa tidak dimanfaatkan. Penyebabnya, lemah dalam berbahasa Inggris.

Persyaratan TOEFL menjadi kendala utama. Sehingga tidak bisa melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi.

Belum banyak perguruan tinggi concern dengan hal tersebut. Belum berupaya membekali lulusan dengan kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni.

“Sayang jika kesempatan yang begitu luas tidak dimanfaatkan generasi muda. Apalagi kesempatan belajar di luar negeri secara gratis terbuka lebar,” kata Yudian.

UIN mulai menggalakkan program AKSARA (Ajang Kemahiran Berbahasa Berstandar Dunia) untuk mahasiswa. Metodenya belajar rutin berbahasa Inggris dengan native speaker. Peserta mendapatkan nilai dan sertifikat TOEFL®ITP.

AKSARA dirancang untuk perguruan tinggi membekali mahasiswa dengan ujian bahasa Inggris berstandar internasional. Sehingga tidak perlu mengikuti tes atau ujian TOEFL®ITP di luar kampus. (ita/iwa/mg1)