BANTUL – Ketua Dekranasda DIJ GKR Hemas menaruh perhatian serius terhadap batik. Terutama batik tulis dan printing. Saking seriusnya, Hemas berharap pemkab/pemkot se-DIJ ikut mengimbau pedagang batik di wilayahnya masing-masing. Agar para pedagang menempatkan batik printing di tempat khusus. Terpisah dengan batik tulis.

”Masyarakat akan jadi paham ini batik tulis dan ini printing,” jelas Hemas di sela menghadiri Jogja International Batik Biennale (JIBB) di Pendapa Parasamya kemarin (31/8).

Pemisahan ini, kata Hemas, juga untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Agar mereka mengetahui bahwa pembuatan batik tulis tidak hanya memakan waktu lama. Melainkan juga keahlian khusus. Berbeda dengan printing.

Hal itu juga sekaligus sebagai upaya agar eksistensi batik di Jogjakarta terus naik. Mengingat, batik yang beredar di DIJ tidak hanya buatan lokal. Melainkan dari berbagai daerah. Seperti Solo, Pekalongan, Cirebon, Madura, dan Rembang.

”Batik tulis dari luar juga perlu mendapat tempat yang baik,” ucapnya.
Menurutnya, DIJ punya tanggung jawab besar untuk mempertahankan diri sebagai kota batik dunia. Meski, batik tidak cuma milik DIJ. Melainkan milik seluruh daerah di Indonesia.

“Di sinilah letak tanggung jawab Jogjakarta mengajak yang lain mengembangkan sentra batik di Indonesia,” tegasnya.

Terkait JIBB, Hemas mengapresiasi Kabupaten Bantul. Para pengrajin batik telah menampilkan seluruh karya terbaiknya. Bahkan, batik karya pengrajin lokal telah menembus pasar ekspor.

”Ada banyak yang bisa ditampilkan kepada dunia. Seperti proses pembuatan hingga kelihaian pengrajin,” tambahnya.

JIBB digelar selama tiga hari. Persisnya mulai kemarin (31/8) hingga Minggu (2/9). Ada 75 stan batik yang ikut meramaikan event tahunan ini.

Sementara itu, pedagang batik tidak keberatan dengan rencana printing yang akan dipisahkan dari batik cap dan tulis. Sri Hartiningsih, seorang pedagang batik di Pasar Beringharjo mengatakan, setoran dagangan terbanyak di kiosnya adalah printing. Harganya relatif murah mulai dari Rp 40 ribu sampai Rp 100 ribu. Itu menjadi alternatif bagi pelanggan. (ega/tif/zam)