SLEMAN – Harga tomat di pasaran anjlok. Biasanya pedagang menjual tomat kisaran Rp 8.000 per kilogram. Kini hanya separonya.
Seperti dialami Ratih Kusuma, 43, pedagang sayuran di Pasar Desa Caturtunggal, Kamis (22/11). “Penurunannya sekitar Rp 3.000 hingga Rp 4.000,” katanya.
Ratih menuturkan, jika kondisi tersebut terus berlanjut dia akan terus merugi. Kondisi itu sudah berlangsung sekitar tiga hari. “Dari distributor juga harganya sudah sangat murah,” ujar Ratih.
Tomat biasa dijadikan lalapan atau sambal. Panen berlimpah di berbagai daerah menyebabkan harga tomat turun tak terkendali. Padahal jumlah kebutuhan pasar tidak sebanding dengan jumlah tomat hasil panen.
Melimpahnya stok berakibat tomat yang dijual tidak cepat laku. Padahal tomat hanya bertahan tiga hari. Ratih terpaksa memberikan lebih banyak tomat kepada pembeli dengan harga sama. “Daripada busuk, saya berikan lebih banyak kepada pembeli,” katanya pasrah.
Kondisi serupa dialami Supinah, 51, pedagang Pasar Stan, Maguwoharjo. Dia memilih untuk melebihkan timbangan sembari menghabiskan stok.
“Ada yang beli setengah kilogram saya lebihkan jadi satu kilogram dengan harga tetap setengah kilogram,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman, Heru Saptono mengatakan penurunan harga tomat disebabkan panen raya di sejumlah daerah. “Harga tomat merah di tingkat petani Rp 1.000 per kilogram, tomat hijau Rp 2.250. Sedangkan harga impasnya (break even point/BEP) di kisaran Rp 1.500,” kata Heru.
Untuk mengendalikan harga tomat, pihaknya mendorong adanya titik kumpul penjualan sayuran. “Paling tidak ada empat lokasi dulu,” kata Heru.
Kabid Hortikultura dan Perkebunan, DP3 Sleman, Edy Sri Hartanto menyebut, tomat memang sulit ditemui di Sleman. Tidak banyak petani Sleman menanam tomat.
Dari penelusuran Radar Jogja, dari Kecamatan Sleman, Ngaglik, Ngemplak hingga Cangkringan tidak banyak petani menanam tomat. Kebanyakan petani menanam cabai, padi, jagung dan sedikit tembakau. (har/iwa/zl)