SLEMAN – Masyarakat kembali diresahkan kabar dugaan percobaan penculikan anak. Seperti dialami dua siswa SDN Kledokan, Kalasan, Sleman. Sebut saja Mawar, 7, dan Melati, 12. Peristiwa yang terjadi Rabu (21/11) dan Jumat (23/11) cukup membuat waswas para orang tua siswa.
Dugaan kasus upaya penculikan pertama dialami Mawar. Sekitar 300 meter dari lokasi sekolah di sisi barat. Tepatnya di persimpangan jalan dusun setempat. Ketika itu Mawar sedang mengayuh sepedanya. Sepulang sekolah. Sesampai di persimpangan jalan sebuah Toyota Avanza hitam mendekatinya dari sisi timur. Mobil memepet Mawar. Seketika itu seorang pria menarik lengan baju Mawar. Karena ketakutan siswa kelas 2 itu spontan melarikan diri.
“Ciri-ciri fisik orang itu pria berkepala botak dan memakai anting,” ungkap Kepala Sekolah SDN Kledokan Gunadi, menyitir keterangan Mawar, Kamis (29/11).
Pria tak dikenal itu, lanjut Gunadi, menarik lengan Mawar tanpa membuka pintu mobil. Dia hanya menurunkan kaca samping.
Selang sehari giliran Melati mengalami hal hampir serupa. Seorang perempuan paro baya mendatangi siswi kelas 6 itu sambil mengiming-imingi uang Rp 50 ribu. Pada saat bersamaan seorang pria keluar dari pintu belakang mobil sisi kanan. Pria tersebut langsung mendekati Melati. Melihat gelagat itu Melati segera kabur. Peristiwa ini terjadi tak jauh dari lokasi pertama yang dialami Mawar. Tepatnya di sisi timurnya. “Mobilnya sama, Avanza hitam. Tapi orangnya berbeda,” beber Gunadi.
Meski mengalami kejadian yang cukup membuat syok, Mawar dan Melati tetap masuk sekolah keesokan harinya. Namun tidak demikian dengan para orang tua. Begitu peristiwa yang dialami Mawar dan Melati menyebar, para orang tua siswa lebih waspada. Mereka datang menjemput anak sebelum bel pulang sekolah berdentang. Bahkan, para orang tua yang semula menitipkan anak untuk dijemput orang lain kini menjemput sendiri.
“Jelas waswas adanya info tersebut. Makanya sekarang saya jemput anak sendiri sebelum jam pulang sekolah,” ungkap Endang Suryaningsih, 37, salah seorang wali murid SDN Kledokan.
Kecemasan para orang tua siswa bukan tanpa alasan. Pada April lalu kasus penculikan dialami siswi SDN Legundi 1, Girimulyo, Panggang, Gunungkidul. Sebagaimana diberitakan Radar Jogja, Senin (2/4), korban disekap dalam mobil saat berangkat sekolah. Sekitar pukul 06.30. Di dalam mobil, perhiasan yang dikenakan korban dilucuti oleh pelaku.
Pelaku terdiri atas tiga orang. Mereka berbagi peran. Salah seorang bertindak sebagai sopir. Seorang lainnya menarik dan mengangkat tubuh korban ke dalam mobil. Seorang lagi melucuti perhiasan milik korban.
Kembali pada peristiwa yang dialami Mawar dan Melati, kasus ini telah dilaporkan ke polisi. Penyidik Polsek Kalasan segera melakukan penyelidikan. Untuk mengumpulkan alat bukti. Termasuk meminta keterangan dari Mawar dan Melati. Hanya, polisi belum bisa menyimpulkan kasus tersebut sebagai tindakan upaya penculikan. “Karena tak ada bukti dan minim saksi,” ungkap Kapolsek Kalasan Kompol Partono Kamis (29/11).
Partono mengaku tak ingin gegabah dalam penyelidikan. Karena isu penculikan anak cukup sensitif di kalangan masyarakat. Sementara keterangan yang diperoleh dari para korban tidak maksimal. Salah satunya tentang pelemparan batu oleh orang tua teman Mawar ke arah mobil terduga penculik. Tindakan itu untuk mencegah pelaku membawa Mawar. Kemudian mobil itu melaju ke arah selatan.
“Anak itu (Mawar) bilang begitu (pelemparan mobil, Red). Tapi keterangannya berubah-ubah,” katanya.
Dalam menggali keterangan dari korban, lanjut Partono, penyidik tak bisa intervensi. Tapi dengan pendekatan psikologis. Anak dibiarkan bercerita yang dialami sesuai yang diingatnya. Sementara penyidik dimaksimalkan untuk mengumpulkan lebih banyak alat bukti. Juga memeriksa saksi-saksi di sekitar lokasi kejadian.
“Kami tetap menindaklanjuti informasi ini. Masih kami telusuri lewat rekaman CCTV di sepanjang jalan (lokasi kejadian, Red),” ucap Kapolsek.
Di sisi lain Partono mengimbau para orang tua murid untuk tidak panik. Tapi harus berpikir jernih dan menyaring setiap informasi. Dia juga menyarankan orang tua untuk menjemput sendiri anak-anak mereka. Atau menitipkannya kepada orang-orang terpercaya. (dwi/yog/rg/mg3)