BANTUL – Volume sampah di kawasan Pantai Parangtritis – Pantai Parangkusumo cukup mengkhawatirkan. Saban hari objek wisata ini menghasilkan 120 ton sampah. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, 40 persen di antaranya adalah sampah plastik.

Menurut Penggagas dan Pengelola Garbage Earth Education (Gardu Action) Budi Anto, banyaknya volume sampah itu butuh penanganan serius. Khawatirnya, bila dibiarkan dapat merusak biota dan ekosistem laut.

”Yang pasti mengganggu pemandangan,” jelas Budi di saat Bersih Pantai dan Workshop Mengelola Sampah di Pantai Parangkusumo Senin (3/12).

Penanganan sampah, Budi mengingatkan, butuh komitmen seluruh elemen. Pemerintah maupun berbagai komunitas peduli sampah tidak dapat menuntaskannya sendiri. Setiap individu juga harus memiliki kepedulian serupa. Sebab, pengelolaan sampah harus dimulai dari hulu hingga hilir.

”Setiap individu harus ditanamkan 3R (reduse, reuse, dan recycle),” tegas Budi menekankan 3R memudahkan pengelolaan sampah.

Selain penanaman 3R, Budi juga mendorong agar masyarakat ikut memanfaatkan sampah. Untuk diolah menjadi kerajinan tangan bernilai ekonomi. Dengan begitu, residu yang dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Piyungan minim.

”Khususnya residu sampah plastik,” katanya.

Walgiyono, 46, seorang peserta workshop mengatakan, pengelolaan sampah tidak cukup dengan sosialisasi. Melainkan juga harus dibarengi dengan praktik mengolah berbagai jenis sampah. Agar masyarakat tertarik dengan nilai ekonomi yang ditawarkan.

”Seperti sosialisasi saat ini. Mengkreasikan sampah menjadi suvernir berupa topi,” ucap pria asal Krapyak Wetan ini. (cr6/zam/fn)