GUNUNGKIDUL – Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul menggelar tes HIV gratis bagi aparatur sipil negara (ASN), kemarin. Menjaring sebanyak-banyaknya para penyandang HIV yang belum terdeteksi. Memastikan mereka mendapatkan perawatan yang benar.
Sekretaris Dinkes Gunungkidul, Priyanta Madya Satmaka mengatakan, peserta yang melakukan tes HIV jumlahnya mencapai puluhan. Pelayanan kesehatan tersebut berlangsung di Balai Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari.
“Undangan (pemeriksaan) adalah setingkat kepala dinas hingga camat. Namun tidak semua datang, hanya beberapa, lainnya diwakilkan,” kata Priyanta.
Undangan kepada kepala organisasi perangkat daerah (OPD) tidak berbunyi ‘’tes HIV’’. Namun pemeriksaan kesehatan. Priyanta menduga, banyaknya kepala dinas yang absen lantaran kesibukan kerja.
”Undangannya memang bukan tes HIV, kalau terang-terangan menyebut tes HIV begitu bisa takut semua,” ujar Priyanta.
Ketakutan melakukan tes HIV menjadi catatan bagi Dinkes. Kalaupun pasien positif HIV/AIDS tak akan dipublikasikan. Karena menyangkut hak asasi pasien. Jika positif, selanjutnya merujuk pasien ke rumah sakit.
“Yang dipublikasikan hanya data angka saja,” kata Priyanta.
Menyulut keberanian PNS, Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi menjadi yang pertama melakukan tes HIV. Pemeriksaan selama 15 menit, diawali pengisian formulir data diri. “Tidak ada yang perlu ditakuti,” kata Immawan.
Dia berharap, langkahnya menjadi yang pertama melakukan tes HIV diikuti PNS lain. Selain itu masyarakat luas juga mengikuti, terlebih saat ini tempat pemeriksaan bisa dilakukan di Puskesmas.
“Melalui VCT (voluntary counseling and testing), yaitu serangkaian tes untuk mengetahui positif atau negatif mengidap HIV,” ungkap Immawan.
Camat Patuk, Haryo Ambar Surwardi merupakan salah satu PNS yang ikut tes HIV. Dia merupakan pejabat paling awal yang melakukan tes HIV dibanding peserta lain.
“Ini lho, saya juga tes. Masyarakat harus berani, tidak usah takut,” kata Haryo.
Berdasarkan data Dinkes Gunungkidul, jumlah penderita HIV AIDS mengalami peningkatan dua tahun terakhir. Menjadi punyumbang penyakit mematikan terbesar keempat setelah Kota Jogja, Sleman, Bantul, dan Kulonprogo.
Tahun ini hingga Juni tercatat 36 orang terinfeksi HIV/AIDS. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun lalu, yakni 48 kasus. Secara akumulatif dari 2006 hingga saat ini, tercatat ada 337 kasus HIV/AIDS. (gun/iwa/fn)