BANTUL – Teror lalat yang menyerang warga Pedukuhan Salakan, Potorono, Banguntapan direspon Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul. Mereka akan melakukan klarifikasi ke lapangan untuk mengetahui penyebabnya.

Sekretaris DLH Bantul Indriyanto mengaku sudah mendengar keluhan warga Salakan. Dalam waktu dekat akan melakukan tinjauan langsung ke lokasi. Termasuk melakukan klarifikasi. Baik kepada dukuh, masyarakat, lurah hingga pemilik kandang.

“Kami akan berdiri sebagai pihak netral. Tidak bisa memihak salah satu,” tegasnya Senin (10/12).

DLH Bantul juga belum bisa memastikan penyebab kehadiran lalat tersebut. Menurut dia, harus ada solusi terbaik. Masyarakat tidak terganggu wabah lalat. Dan pemilik kandang ayam masih bisa menjalankan usahanya. “Semuanya harus diselesaikan secara musyawarah. Agar keduanya bisa mendapat hak yang layak,” jelasnya.

Dikonfirmasi terpisah Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul Maya Sintowati Panji punya pendapat berbeda. Dia memperkirakan tumpukan sampah menjadi penyebab utama wabah lalat.

Maya menilai terutama sampah basah. Peningkatan jumlah lalat, kata dia, akibat adanya tempat perindukan lalat yang belum terkelola dengan baik. “Apalagi pada transisi musim kemarau ke musim hujan. Perlu ada pengendalian lalat,” kata Maya saat dihubungi via telepon.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) jadi solusi masyarakat. Guna menghindari dampak lalat bagi kesehatan. Salah satunya membuka pintu dan jendela. Jika perlu menggunakan lilin di meja agar lalat menyingkir. Juga pastikan tidak ada sampah basah di dalam rumah.

Selain itu, kata Maya, juga jangan lupa untuk cuci tangan. Serta memastikan alat-alat dapur bersih. Dan makanan dan minuman tertutup rapat. “Banyak cara mengusir lalat. Tidak harus membunuhnya,” tuturnya.

Prinsip yang harus ditekankan oleh warga yaitu lalat tidak menyentuh makanan. Kemudian lalat tidak boleh masuk rumah. Biasanya penerapan PHBS, jelas dia, sudah dilakukan masing-masing puskesmas. “Baik pada posyandu maupun pertemuan-pertemuan warga,” katanya. (ega/pra/fn)