BANTUL – Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (Dispertautkan) Bantul terus menggenjot peran Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Benih Ikan (BBI). Itu dilakukan untuk meningkatkan produksi benih ikan. Agar pembudi daya ikan tak perlu mendatangkan benih dari luar Bumi Projotamansari.

Kepala Dispertautkan Bantul Pulung Haryadi menyebut ada empat BBI yang berada di bawah koordinasi dispertautkan. Pertama, UPTD BBI Barongan. BBI yang terletak di Barongan, Sumberagung, Jetis, ini sebagai pusat UPTD. Kedua, BBI Gesikan. Lokasinya di Gesikan, Wijirejo, Pandak. Ketiga, BBI Sanden. Letaknya di Ngentak, Murtigading, Sanden.

”Terakhir BBI Krapyak yang berlokasi di Tegalkrapyak, Sewon,” jelas Pulung di kantornya Kamis (13/12).

Peran empat BBI ini, Pulung menilai, sangat vital. Terutama dalam mencukupi kebutuhan benih ikan. Mengacu data dispertautkan, empat BBI ini sepanjang 2018 telah memproduksi lebih dari empat juta ekor benih dari berbagai jenis ikan.

”Ikan-ikan yang dibudidaya masyarakat benihnya dari BBI,” ucapnya.

Karena itu, Pulung menekankan, benih-benih yang diproduksi BBI berasal dari indukan unggul dan berkualitas. Bahkan, bersertifikat. Indukan itu, antara lain, didatangkan dari Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan (BPTKP) DIY.

”Ada ikan Nilasa atau Nila Satria dan Ikan Mas Najawa (Mina Jogja Istimewa),” ucapnya.

Ikan Mas Najawa, kata Pulung, telah mendapatkan legalitas. Yaitu, Surat Keputusan (SK) Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41/Kepmen KP/2014. Dalam SK tertanggal 22 Juli 2014 itu, ikan mas yang memiliki ciri warna merah menyala dan tubuhnya berbentuk bulat memanjang itu termasuk salah satu ikan varietas unggul nasional.

”Yang memberikan nama Najawa adalah pak gubernur,” ujarnya.

Seperti ikan Mas Najawa, ikan Nila Merah Nilasa juga telah mendapatkan pengakuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Ikan yang dikembangkan BPTKP ini merupakan hasil penyilangan empat strain tetuanya. Yaitu, Citralada, Filipin, Singapur, dan Nifi.

”Memiliki karakter tumbuh cepat,” katanya.

Meski indukan yang didatangkan berkualitas, Pulung menegaskan, BBI tetap menerapkan cara pembenihan ikan yang baik (CPIB). Itu untuk menghasilkan benih ikan yang baik, unggul, dan berkualitas. Teknisnya, BBI melakukan serangkaian proses dalam produksi benih ikan. Seperti melakukan manajemen induk, pemijahan, penetasan telur, dan pemeliharaan larva atau benih dalam lingkungan yang terkontrol.

”Dengan melalui penerapan teknologi yang memenuhi persyaratan biosecurity, traceability, dan food safety,” tegasnya.

Dikatakan, BBI juga menyediakan benih ikan untuk konsumsi. Seperti nila, gurami, tombro, tawes, dan lele. Menurutnya, hasil penjualan benih dan ikan disetor ke daerah. Sebagai pendapatan asli daerah.

”Pembenihan ini juga untuk mendukung kampanye gemar makan ikan,” tambahnya. (*/zam/fn)