KULONPROGO – Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (PUSPA) Kencana dan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) DIJ mengunci kegiatan pelatihan dan pendampingan pada 2018 ini dengan menggelar palatihan olahan makanan berbasis pertanian di lokasi Relokasi II Dusun Kragon, Desa Palihan, Kecamatan Temon, kemarin (14/12). Kegiatan ini juga dimonitor langsung oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) RI.

“Kegiatan ini hanya dua bulan. Ini merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari tiga kegiatan besar PUSPA Kencana DIJ. Tema sebelumnya Akhiri Kekerasan Perempuan dan Anak, Akhiri Perdagangan Manusia. Kegiatan terakhir tentang pemberdayaan ekonomi bareng dengan monitoring dan evaluasi (Monev) KPPPA RI,” kata Ketua PUSPA Kencana DIJ, Asrul Tusna Amminudin, Jumat (14/12).

Dijelaskan, kegiatan kali ini sangat strategis dengan digelar bersamaan dengan Monev dari kementrian. Minimal bisa menjadi informasi sekaligus masukan untuk kementrian bahwa inisiasi atau program yang sudah berjalan ini perlu dilanjutkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemahaman tentang perempuan yang berdaya. “Warga dan pemerintah desa juga sangat berharap pendampingan terus dilakukan hingga warga bisa dilepas dan berdaya sendiri,” jelasnya.

Asisten Deputi Partisipasi Lebaga Profesi dan Dunia Usaha, Kementrian Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Aak RI Sri Prihantini Wijayanti menyatakan, masyarakat harus memahami bahwa negara harus membangun. Kebetulan Jogjakarta memerlukan bandara yang representatif sebagai pintu gerbang masuk.

“Seperti di daerah lain, dalam membangun bandara yang besar risikonya adalah penggusuran dan alih fungsi lahan. Dalam posisi seperti ini, memang harus ada pendampingan kepada masyarakat agar paham bahwa pembangunan yang dilakukan ini untuk mereka juga,” ucapnya.

Menurutnya, tidak mungkin pemerintah tidak memikirkan. Hanya kadang-kadang masyarakat kurang memahami sejak awal. Sehingga mereka hanya merasakan dampak tanahnya menjadi hilang. Dalam situasi seperti inilah semua pihak, pemerintah, LSM, masyarakat memberikan pendampingan.

Kegiatan seperti ini salah satunya, karena latar belakang warga berbeda dan mayoritas sebagai petani dan sekarang sudah tidak ada lagi. Mereka sulit untuk menyesuaikan diri jika tidak didampingi. Pelatihan diawali dari ibu-ibunya dulu yang lebih lekat dengan urusan domestik. Ke depan juga kaum bapak-bapaknya. “Minimal mereka mampu beralih dari pertanian ke industri. Kami bantu dengan program,” ujarnya.

Menurutnya, pendampingan dan pelatihan ini juga upaya pendekatan warga agar tidak trauma. Sebab dunia mereka telah berubah secara drastis. Upaya mengalihkan profesi warga dalam dunia industri kementrian pusat juga menggandeng Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) dalam mencetak perempuan pengusaha.

“Calon-calon perempuan pengusaha ini perlu dibina, yang masih awal-awal harus terus didampingi, mereka yang dibina khususnya industri rumahan yang dibawah mikro. IWAPI DIJ juga ada, ini salah satu alternatif solusi, untuk mendapingi mereka kalau mereka ingin menjadi pengusaha,” ujarnya.

Ditambahkan, bandara internasional sebagai pintu masuk orang dari seluruh dunia memiliki dampak positif dan negatif. Parenting harus diperkuat, agar anak-anak tidak mudah percaya, jika ada orang yang tidak dikenal dan memiliki tujuan yang tidak baik. Beberapa kasus traficking, pelaku biasanya mencari korban dengan bujukan atau iming-iming yang menggiurkan, kerja dengan gaji tinggi dan sebagainya. “Masyarakat harus waspada,” ucapnya.

Kepala BPPM DIJ Arida Utami menegaskan, kompleks relokasi Palihan ini dihuni banyak ibu-ibu yang dulu berprofesi sebagai petani. Mereka butuh peningkatan kapasitas untuk kegiatan di rumah. “Jika dulu mereka di lahan luas sekarang di lahan sempit namun harus berkegiatan. Ke depan kapasitas mereka harus terus dinaikkan,” tegasnya.

Berdasarkan hasil komunikasi dengan KPPPA RI, kali ini ditindalanjuti dengan monev. Harapannya mereka tidak hanya tergantung dengan bapak, uang ganti rugi juga bisa habis jika tidak diinvestasikan. Kita harus memahami pembangunan harus berjalan terus, sementara masyarakat jangan sampai merasa dirugikan dari pembangunan. “Pelatihan ini kalau belum selesai ya dituntaskan, dievaluasi dan buktikan,” ujarnya.

Kepala Desa Palihan Kalisa Paraharyana mengungkapkan, warga berharap pelatihan dan pendampingan ini ada kelanjutannya. Sebab warga cukup semangat mengikuti pelatihan dan pembinaan, agar produksi-produkdi yang dibuat ini bisa maksimal. Sejauh ini ada beberapa kelompok yang aktif dan mayoritas menekuni industri makanan.

Pembinaan ini khusus perempuan, juga disipi dengan materi gander. Ini untuk mengantisipasi adanya kekerasan teradap perempuan dan anak. Sebab ini juga tak kalah penting. Mereka yang dulu petani haus berubah profesi.”Semoga warga kami bisa benar-benar mandiri,” harapnya. (tom/din/fn)