Proyek revitalisasi kawasan pedestrian Malioboro terus dikebut. Agar wajah ikon Kota Jogja itu berubah. Menjadi kian cantik. Guna menarik lebih banyak wisatawan. Sedikit yang terlupakan adalah keberadaan tempat sampah. Jumlahnya harus ditambah. Supaya ke depan tak menimbulkan masalah kebersihan.

BEBERAPA hari lalu Purwanto jalan-jalan di kawasan Mlioboro, Kota Jogja. Wisatawan asal Cianjur, Jawa Barat, itu sempat kebingungan. Mencari tempat sampah. Untuk membuang botol bekas air mineralnya. Bukannya tak ada tempat sampah di sepanjang jalan itu. Tapi semuanya penuh. Saat itu sudah lepas magrib. Purwanto nongkrong di depan Malioboro Mall. Dia melihat tong-tong sampah di kawasan itu penuh. Bahkan membeludak. Saking penuhnya. Tong sampah tak mampu menampung. Sehingga sebagian sisa bungkus makanan dan minuman tercecer di sekitar tong sampah.

PERDESTRIAN: Bolard menjadi salah satu ciri khas Malioboro. Sebagian diantaranya bopeng akibat terbentur rodagerobak PKL. (ELANG KHARISMA DEWANGGA
/RADAR JOGJA)

Pria 23 tahun itu merasa cukup terganggu dengan pemandangan itu. Juga bau sampahnya. Diakuinya, Malioboro rapi dan cantik. Tapi keindahannya ternoda oleh sampah itu. Dianggap mengganggu karena sampah berserakan sangat dekat dengan tempat duduk umum. Yang biasa untuk nongkrong wisatawan. Atau untuk istirahat sejenak, sekadar membuang napas. “Siapa pun tentu ingin menghabiskan malam di Malioboro. Sayang ada pemandangan tak sedap karena sampah,” keluhnya.

Pantauan Radar Jogja, sampah di Malioboro diangkut setiap pagi. Makanya saat malam selalu penuh. Saking banyaknya pengunjung Malioboro. Hal itu menunjukkan tingginya kesadaran wisatawan. Untuk membuang sampah pada tempatnya. Namun, sarananya yang tak memadai. “Seharusnya ditambah jumlah tong sampahnya. Atau lebih rutin jadwal pembersihannya,” harap Purwanto, diamini rekan-rekannya.

Kondisi itu, sampah menumpuk dan bau ketika malam, mungkin masih akan terus menjadi “sisi lain” Malioboro ke depan. Karena di kawasan itu tak memungkinkan ditambah tempat sampah baru. Yang permanen. Itu menjadi kewenangan Pemprov DIJ.

(GRAFIS: HERPRI KARTUN/RADAR JOGJA)

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro hanya akan menambah 15-20 drum sampah portabel. Yang berbahan plastik. Langkah itu sebagai bentuk antisipasi lonjakan wisatawan di penghujung 2018. “Saat musim liburan memang luar biasa sampahnya,” ungkap Kepala Unit Pelaksana Teknis Malioboro Ekwanto.
Intensitas penyapuan jalan juga akan ditingkatkan. Selama musim liburan akhir tahun. Penyapuan dilakukan tiap pagi, siang, dan sore.

Ekwanto juga mengimbau wisatawan Malioboro. Agar tak membuang sampah di tong yang penuh. Demikian pula para pedagang kaki lima. Dan siapa pun yang berada di kawasan itu. “Yang terpenting perilaku menjaga kebersihan. Pengasong mungkin bisa membawa tempat sampah sendiri yang nantinya dibawa pulang. Bukan dibuang di daerah situ (Malioboro),” tuturnya.

KUMUH: Bungkus makanan dan minuman berserakan karena tak tertampung tong sampah di dekat Malioboro Mall. (IWAN NURWANTO/radar jogja)

Soal pengawasan, Ekwanto mengandalkan Jogoboro. Petugas informal yang tugas utamanya menjaga keamanan Malioboro. Tapi juga difungsikan lain. Untuk menegur wisatawan yang membuang sampah sembarangan.

Revitalisasi pedestrian Malioboro tahap ke-3 dijadwalkan rampung akhir bulan ini. Namun, saat proyek tersebut belum kelar, muncul masalah baru. Beberapa fasilitas di Malioboro rusak. Seperti guiding block bagi penyandang tunanetra. Beberapa terlepas dari bantalannya.


RUANG PUBLIK: Dua wisatawan istirahat di bangku pedestrian Malioboro akhir pekan lalu. Ribuan pelancong jalan kaki menekuri kawasan ikon wisata Kota Jogja itu. (Elang Kharisma Dewangga/Radar Jogja)

Kerusakan ini terjadi di sepanjang Jalan Malioboro. Mulai depan kantor Dinas Pariwisata DIJ. Sampai Titik Nol Kilometer. Selain itu, tiang bolard tabung yang berfungsi sebagai pembatas jalan juga rusak. Karena sering terkena benturan benda tumpul.

Kepala Seksi Pembangunan Sarana dan Prasarana, Bidang CIpta Karya, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi dan Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) DIJ Arif Aziz Zain mengaku kecewa dengan kondisi tersebut. Menurut Arif, lembaganya telah berkoordinasi dengan UPT Malioboro untuk menyikapi masalah itu. Guna memberikan edukasi dan sosialisasi kepada pedagang kaki lima (PKL).


PARKIR ANDONG: Sebagian jalur pedestrian Malioboro dimanfaatkan untuk pemberhentian kereta kuda. (Guntur Aga Tirtana/Radar Jogja)

Lepasnya guiding block, kata Arif,  disebabkan benturan roda mati pada gerobak PKL. Karena ukuran gerobak tak sesuai dengan lebar antartiang bolard tabung. Sepanjang 90 cm. “Ke depan ukuran gerobak harus disesuaikan. PKL tidak boleh memaksakan,” tegasnya.

Selama proses konstruksi masih berjalan, kerusakan fasilitas Malioboro bisa diperbaiki. Namun tetap tak sampai melebihi batas akhir proyek pedestrian Malioboro.

Sedangkan pada 2019 Dinas PUP-ESDM DIJ belum ada rencana menata kawasan Malioboro. Pemeliharaannya menjadi kewajiban dinas terkait. “Misalnya dinas kebudayaan. Penataan fasad Malioboro yang berstatus cagar budaya,” jelasnya. (cr5/cr7/yog/fn)