JOGJA – Menghilangkan kesan suram, kuno, gelap, dan berbau horor, Museum pusat TNI-AD Dharma Wiratama berubah. Selama masa renovasi, tahap pertama 2017 dan renovasi tahap kedua 2018, museum berbenah dengan berbasis multimedia.

Kasubdis Pembinaan Fungsi Dinas Sejarah TNI AD Kolonel Infantri Robinson Leonardin Simanjuntak menjelaskan sebagai upaya menangkap minat anak-anak milenial, museum ditambah multimedia. “Hilangkan (kesan) itu semua dengan mengadopsi museum yang berbasis teknologi,” ujarnya kemarin (19/12) pada Radar Jogja.

Museum pusat TNI-AD Dharma Wiratama, setelah selesai direnovasi, kembali dibuka untuk umum tanpa dipungut biaya sepeserpun.

Robinson berharap museum yang menyimpan sejarah lahirnya TNI AD itu, tidak lagi menjadi sasaran kunjungan kalangan tua atau pecinta sejarah saja. “Namun lebih menarik bagi anak-anak sekolah dan remaja,” harapnya.

Dia menambahkan, teknologi yang banyak diakses oleh anak-anak jangan sampai menjadi sesuatu yang negatif. Melainkan untuk mengakses pengetahuan. Termasuk mengambil nilai-nilai moral dari pelaku sejarah seperti pantang menyerah, rela berkorban, dan percaya pada kemampuan diri sendiri. “Saya berharap ke depan anak-anak punya basis sejarah yang kuat, punya penghargaan terhadap para pejuang kemerdekaan,” tuturnya.

Fitur multimedia yang disuguhkan di museum yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman ini terdiri dari empat digital book, video mapping, augmented reality, presenter reality, dan c-optic yang menampilkan poin-poin sejarah peristiwa delapan Palagan. C-Optic memudahkan pengunjung untuk memilih kisah sejarah di Semarang, Surabaya, Ambarawa, Bandung, Medan, Bali, Palembang, dan Makassar.

Salah satu pengunjung museum Veralita bersama dua orang anaknya mengaku menikmati fitur augmented reality. Fitur digital interaktif bagi pengunjung seperti bermain games. Putra bungsunya, Adika Arkananta Jagad Wardhana, 4, menikmati bermain masak-masakan sambil berimajinasi berada di dapur unum dan memasak untuk prajurit.

“Biasanya di Jogja museum belum sepenuhnya seperti itu (multimedia),” kata Varel yang gemar mengajak anak-anaknya keliling museum ini.

Dia menilai peran keluarga penting untuk mengajak anak-anak ke museum. Karena menurutnya anak-anak tidak akan kenal museum jika tidak diajak duluan. “Pelajaran sejarah di sekolah sekarang kurang, mau nggak mau orang tuanya harus aktif, apalagi liburan kayak gini,” ungkapnya. (tif/pra)