KULONPROGO – Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Polres Kulonprogo, AKP Sujarwo mengatakan, aksi gantung diri di Kulonprogo cukup tinggi. Sejak Juli 2018, tercatat tujuh kasus bunuh diri.
“Kebanyakan dilakukan dengan cara gantung diri. Kami sudah menemukan lima kasus bunuh diri dengan cara gantung diri. Dua sisanya, menabrakkan diri ke kereta dan meloncat dari tower,” kata Sujarwo, Senin(18/2).
Diungkapkan, fenomena bunuh diri di Kulonprogo dipicu berbagai persoalan. “Di antaranya sakit yang tak kunjung sembuh, persoalan ekonomi, dan asmara,” ujar Sujarwo.
Kasus gantung diri teranyar, dilakukan Sadikem, 65, warga Dusun VIII, Desa Banaran, Galur. Korban ditemukan meninggal dunia gantung diri di rumahnya (18/2). Korban menggantung di ruang tamu rumahnya.
‘’Ditemukan sekitar pukul 05.30. Kali pertama diketahui suami korban, Jamroni, 70,” kata Koordinator Satlinmas Rescue Istimewa (SRI) Wilayah V Kulonprogo, Aris Widiatmoko kemarin.
Jamroni menemukan istrinya telah meninggal dunia usai dia pulang dari bepergian. Korban tergantung tak bernyawa di blandar rumah menggunakan tali tampar plastik.
“Saksi kemudian berteriak meminta pertolongan warga setempat. Kemudian warga menghubungi Polisi Sektor Galur dan SAR Wilayah V Kulonprogo. Hasil pemeriksaan sementara, korban bunuh diri,” kata Aris.
Menurut dia, Sadikem mengakhiri hidupnya karena kecewa usai terlibat pertengkaran dengan Jamroni sehari sebelum kejadian. “Sadikem memiliki riwayat gangguan jiwa. Habis bertengkar, suaminya tidak tidur di rumah,” ujar Aris. (tom/iwa/mg3)