JOGJA – TPST Piyungan tiga hari ini ditutup oleh warga. Ini karena kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk pembuangan sampah dari Bantul, Sleman dan Kota Jogja. TPST ini sudah overload sejak 2015. Hingga saat ini belum ada penanganan serius dari Pemprov DIJ.
“Penutupan sudah dilakukan berkali-kali oleh warga. Protes hingga demo pernah dilakukan. Hingga sekarang belum ada respons. Kali ini warga benar-benar kesal sehingga akses pembuangan ditutup,” ungkap Maryono, 52, pengepul sampah saat ditemui di TPST, Ngablak, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Senin(25/3).
Bukan tanpa alasan warga menutup akses itu. Warga meminta agar pemprov memperbaiki dermaga tempat pembuangan sampah. Paling tidak diperlebar. Kemudian perbaikan akses jalan yang rusak dan berlubang.
“Warga meminta agar dibuat jalan menuju bagian tengah pembuangan. Demi kelancaran armada pembawa sampah dan kenyamanan warga,” tutur Maryono.
Keluhan lainnya warga meminta agar drainase yang masuk ke area warga juga dibenahi. Sehingga tidak terjadi genangan air dari limbah TPST yang mengendap di area pemukiman warga. Dia juga meminta setiap warga yang tinggal di area TPST Piyungan diberikan kompensasi per kepala keluarga (KK).
“Dari awal adanya TPST belum ada kompensasi ke warga. Saat demo 2017 sudah pernah disampaikan. Tapi sampai sekarang belum ada tindaklanjut,” kata Maryono.
Dia membeberkan, apabila pelebaran jalan sudah selesai dilakukan, maka warga baru akan membuka akses jalan menuju tempat pembuangan akhir itu. “Ya penuhi dulu tuntutan warga, baru akses nanti kan dibuka,” tambahnya.
Sementara itu, UPT TPST Piyungan menggelar musyawarah terkait penutupan akses ke lokasi pembuangan sampah, Senin(25/3). Musyawarah dihadiri warga sekitar TPST Piyungan, Pengawas Kebersihan Pasar, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi DIJ, dan Ketua DPRD DIJ Yoeke Indra Agung.
DPRD pun berjanji akan menampung aspirasi masyarakat demi kenyamanan bersama. Yoeke Indra membenarkan keluhan warga. Dia mengatakan, warga sangat terganggu dengan kondisi TPST saat ini. Jalan umum yang digunakan warga sehari-hari sudah rusak dan banyak timbunan sampah. Selain itu lokasi becek dan timbulkan bau menyengat.
“Nah ada sekitar 4-5 RT atau 300 KK yang tinggal di area ini. Mereka mengeluhkan hal tersebut,” ungkap Yoeke. Dia mengatakan, musyawarah untuk menampung aspirasi warga yang kemudian akan disampaikan ke Pemprov DIJ.
Menurutnya, TPST Piyungan harus dilakukan penanganan khusus. Sebab alat yang berada di sebagai pembuangan sampah itu kondisinya sudah tidak memadai. Jika kondisi darurat, pemprov diharapkan menyewa alat berat untuk meratakan sampah di dermaga. Selain itu agar dibuat jalan baru sebagai jalan alternatif pembuaangan sampah menuju dermaga.
Supervisor Pengelola UPT TPST Piyungan Saifullah mengatakan, volume sampah mengalami overload setiap harinya. Dalam satu hari jumlah volume sampah yang ditampung mencapai 600 ton per hari. Jika musim hujan seperti ini volume sampah bisa meningkat hingga 100 ton. (cr6/mg2)