JOGJA – Ketua Lembaga Ombudsman Daerah (LOD) DIJ Suryawan memastikan kondisi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan telah memasuki fase genting. Dia memperkirakan TPST yang terletak di Dusun Ngablak, Sitimulyo, Piyungan, itu overload pada 2020.

Kendati begitu, Suryawan meyakini kondisi itu bisa didisiasati. Di antaranya dengan menerapkan 3R (reuse, reduce, dan recycle) di tingkat rumah tangga.
”Sampah dapur atau dedaunan diolah menjadi kompos. Sampah kering seperti kertas, plastik, dan logam bisa diolah kembali atau dijual ke pengepul. Biar tidak semua larinya ke pembuangan sampah,” jelas Suryawan di kantornya, Kamis (28/3).

Menurutnya, sampah di TPST didominasi plastik. Itu menunjukkan mayoritas warga masih acuh terhadap penanganan sampah rumah tangga. Dari itu, Suryawan pesimistis teknologi secanggih apa pun yang akan diterapkan di TPST bakal kuwalahan.

”Sehingga sampah di TPST bakal menjadi bom waktu,” ujarnya.
Hingga kemarin, tumpukan sampah di berbagai tempat pembuangan sampah (TPS) di Kota Jogja masih belum tertangani. Bau busuk menyengat tak terhindarkan. Saking parahnya, bau busuk yang berasal dari TPS mengganggu aktivitas kegiatan belajar mengajar di TK Grha Asik Anak Gondokusuman.

Beberapa siswa harus mengenakan masker saat aktivitas luar ruang.
”Kalau bau pasti, tapi tergantung arah angin. Apalagi kalau habis hujan itu bau sekali, tapi anak-anak sudah antisipasi pakai masker,” Purwanti, kata guru TK Grha Asih Anak.

Pada bagian lain, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja kemarin menutup tumpukan sampah di TPS dengan terpal. Salah satunya di TPS Lempuyangan. (dwi/zam/mg2)