JOGJA – Sosok Dimas dan Diajeng Kota Jogja diharapkan tidak hanya bisa mempromosikan Kota Jogja. Tapi mereka adalah perwujudan Kota Jogja. Karena itu penilaian tak hanya secara fisik. Tapi juga nilai-nilai sosial budaya dan kehidupan.

Atrium Grand Floor Galeria Mall, Minggu malam (21/4) lebih ramai. Apalagi ada panggung yang menampilkan drama musikal. Tapi meski berada di pusat perbelanjaan, drama musikal yang ditampilkan mengangkat kisah tradisi, mengenai Kisah Cinta Dewi Sekartaji.

Yang tampil pun bukan seniman. Tapi dipentaskan oleh 30 finasil para peserta pemilihan Dimas Diajeng Kota Jogja 2019. Pementasan unjuk bakat itu tidak hanya sekedar unjuk kebolehan dari masing-masing finalis. Tapi juga mempunyai misi memberikan edukasi terkait nilai-nilai sosial budaya dan kehidupan masyarakat.

Cerita pementasan tersebut bercerita tentang kisah asmara antara Dewi Sekartaji dan Panji Asmorobangun yang begitu saling mencintai dan dikabarkan akan mempunyai anak yang akan memimpin pulau Jawa dengan bijaksana.

Dikisahkan, dalam sebuah kisah asmara pasti ada sebuah halangan yang mengikuti. Yaitu ada jin yang tidak suka dengan hubungan keduanya. Sehingga jin tersebut menyamar sebagai Sekartaji dan ingin mencoba mengelabui Panji. Tapi niatan itu gagal karena cinta Panji dan Sekartaji begitu besar.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kota Jogja Maryustion Tonang semangat yang diusung dengan menggelar Dimas Diajeng kota Jogja adalah mampu menghadirkan generasi yang berkualitas. Diantaranya dengan tetap mencintai kesenian tradisi Jawa.

“Dimas Diajeng Kota Jogja itu merepresentasikan anak muda Kota Jogja yang modern tapi tidak melupakan asal usulnya,” kata dia.

Wakil Wali Kota Jogja, Heroe Poerwadi menambahkan pemilihan Dimas Diajeng Kota Jogja, tidak semata-mata memilih laki-laki dan perempuan yang dinobatkan sebagai pemenang. Diharapkan merupakan wujud yang mempresentasikan wujud anak-anak kota Jogja.

“Bagaimana mereka bisa menunjukkan sebagi orang yang hidup di Jogjakarta, yang punya karakter budaya dan wisata dan karakter kecerdasan dan kreatifitas. Semoga muncul dalam sosok-sosok yang akan menjadi Dimas Diajeng,” katanya.

HP juga menekankan, Jogja sebagai kota wisata dan budaya. Dengan itu kekuatan Kota Jogja tetap harus dikembangkan dan dikenalkan ke khalayak lebih luas dengan lebih baik.

“Dimas Diajeng nantinya juga di harapkan mempunyai sikap sopan santun bertutur kata yang khas dari Kota Jogja,” ungkapnya. (cr8/pra/zl)